Jangan pernah ragu melakukan hal baru, kalau ada kesempatan, ambil.
Begitulah Hendra Noor Saleh memotivasi dirinya. Pria asal Makassar ini, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) bukan tipe siswa yang sibuk dalam organisasi. Semua berbeda saat memasuki kampus. Proses pencarian jati diri membuatnya aktif berkegiatan seperti latihan kepemimpinan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan jurnalistik.
Hendra membuka kisah menceritakan awal ketertarikannya pada dunia kewartawanan. “Saya pertama kali mengikuti pelatihan jurnalistik sekitar 1985 di pulau Kayangan, Makassar,” ucap pria kelahiran 1966 ini.
Selama mengikuti kegiatan pelatihan, alumni Jurusan Ekonomi Unhas ini mendapat tantangan dari instrukturnya. Sang instruktur mengatakan bahwa tulisanya masih mentah. Ia pun sampai begadang hingga jam 3 pagi untuk mengubah tulisannya. Hasil kerja sampai pagi pun mendapatkan pujian dari instruktur.
Semangat menulis terus ia latih dengan mengikuti pelatihan jurnalistik hingga tingkat nasional. Ia juga sering meminta pendapat dari para senior mengenai cara menulis. Ia juga sering kali memanfaatkan kepiawaiannya dalam menulis untuk mencari uang. Namun ia belum meyakini jurnalistik adalah jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan program Sarjana Ekonomi. Ia berangkat ke Jakarta mengikuti seleksi dosen Politeknik Akuntansi pada 1991. Hendra memasuki tiga besar untuk terpilih menjadi dosen, namun pada akhirnya tidak lulus. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur pintu rezeki lain terbuka untuknya.
Balik dari Jakarta, Hendra bekerja di perbankan Danasakti. Merasa bosan dengan rutinitas pekerjaannya, ia memilih berhenti dan kembali memutuskan ke Jakarta pada 1993.
Hendra melanjutkan kariernya kembali sebagai dealer di perbankan valuta asing di Jakarta. Perasaan yang sama kembali muncul, merasa tidak sejalan dengan jiwanya. Ia memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut pada 27 Februari 1994.
Pada hari pertama menganggur ia teringat seorang senior yang menjabat redaktur pelaksana di suatu majalah. Akan tetapi, ia dikabarkan sedang bertugas ke luar negeri. Sambil menunggu kabar tersebut, Hendra ke Kompas Gramedia.
“Saat itu saya salah masuk ruangan hingga takdir mengantarkan berjumpa dengan teman dan menawarkan mengikuti tes masuk wartawan tabloid otomotif,” katanya kepada identitas Februari 2021 lalu.
Potensi dan kemampuan jurnalistiknya membuahkan hasil. Ia diterima secara resmi bekerja di tabloid otomotif sebagai wartawan muda. Walaupun minatnya terhadap otomotif tidak banyak, ia tetap menekuni pekerjaannya di rubrik otomotif.
Sosoknya yang tekun mengerjakan sesuatu tergambar ketika biasa memilih menginap di kantor menyelesaikan tulisannya. Guna mengatur waktu untuk pekerjaan lain, Di mana, ia sering kali mendapat panggilan menjadi komentator acara TV seperti Formula 1, MotoGP.
Berkat kerja kerasnya, ia dipercayakan menjadi penjaga rubrik otomotif pada 1994 dan tak membutuhkan waktu lama menjadi redaktur pelaksana pada November 1996.
Menjadi redaktur pelaksana hampir 5 tahun, Hendra mengungkapkan menjadi pemimpin redaksi tentu tidak mudah. Apalagi, Hendra pun kemudian akan tercatat menjadi pemimpin redaksi majalah Auto Bild Indonesia, majalah JIP, tabloid Otosport, majalah Auto Expert, majalah Otosport, tabloid soccer, majalah National Geographic Indonesia, majalah NG Traveler indonesia, website Auto Bild, majalah Fortune Indonesia, dan Otomotif (TV) Production House.
Sepak terjangnya di beberapa majalah tersebut, membuat alumni Ilmu Komunikasi UI ini diamanahkan jabatan pemimpin umum (Publisher) 60 brand majalah dan tabloid produk Kompas Gramedia pada 2008.
Ia diberi kewenangan melakukan perbaikan secara fundamental pada berbagai media tersebut dengan mengganti redaktur pelaksana dan lain-lainnya. Catatan prestasi Hendra, kemudian menjadi sumber acuan mempromosikan ia menjadi Group Publisher Director dan bertanggung jawab hingga 80 brand majalah dan tabloid Kompas Gramedia pada 2013.
Setahun kemudian, Hendra menjadi salah satu Direktur di PT Dyandra Promosindo, bagian dari Kompas Gramedia. Ia pun sudah 27 tahun bekerja di Kompas Gramedia.
“Jika ada kesempatan, ambil dan jangan pernah takut melakukan hal baru. Sebab ketika nyaman dengan kondisi sekarang, mengibaratkan seperti katak dalam tempurung,” tutupnya.
Ivana Febrianty