Kelompok Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Unhas Gelombang 107 Wilayah Makassar 2 Tamalanrea menggelar Seminar Program Kerja di Aula Kecamatan Tamalanrea, Selasa, (18/01).
Hadir dalam kegiatan Ketua DPK (Dosen Pengampu KKN) KKN Makassar 2, Sakka Pati, Perwakilan Camat Tamalanrea , Niryam Mufiza, Wakil Kepala Kepolisian Sektor Tamalanrea, M Nawir, dan Perwakilan Badan Narkotika Nasional (BNN), Rheky Pamungkas.
KKNT Makassar 2 merupakan posko KKN dengan anggota terbanyak, “Kecamatan Tamalanrea ini merupakan posko KKN terbanyak, ada 28 orang,” ujar Sakka dalam sambutannya.
Tema yang diberikan DPK untuk KKNT Gelombang 107 Makassar ialah Smart City dan Bersih dari Narkoba. Tema ini menjadi latar belakang penyusunan program kerja kelompok maupun individu.
“Pogram kerja kelompok dari KKN Kecamatan Tamalanrea terbagi menjadi 4 kegiatan, yakni sosialisasi bahaya narkoba, vaksinisasi massal, pengecekan dan sosialisasi penggunaan aplikasi peduli lindungi di fasilitas publik, dan pembuatan konten edukasi bersinar (bersih dari narkoba) dan mengenai Covid-19,” ujar Koordinator Posko KKN Makassar 2, A Syahrul dalam wawancaranya, Selasa (18/1).
Ia menjelaskan, sosialisasi Bersinar langsung bekerjasama dengan pihak BNN Provinsi Sulawesi Selatan, program kedua vaksinisasi membantu pemerintah dalam merealisasikan rencana 100 persen warga Tamalanrea vaksin, program ketiga memastikan tempat fasilitas publik tetap menjalankan protokol kesehatan dengan pengecekan aplikasi peduli lindungi, kelompok terakhir pembuatan konten yang menarik.
Mahasiswa Fakultas Teknik tersebut menambahkan “Selain 4 program kerja kelompok yang akan direalisasikan, setiap individu anggota KKN juga memiliki program kerja, namun program kerja individu lebih kepada spesifikasi keilmuan dari masing-masing jurusan Anggota KKN Tamalanrea,” ujar Syahrul.
Sebagai insan akademis, KKN merupakan implementasi salah satu tridharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian terhadap masyarakat. Untuk itu, Syahrul berharap KKN Kecamatan Tamalanrea dapat memberi titik terang bagi setiap persoalan yang dihadapi masyarakat Tamalanrea.
“Setidaknya jika tak mampu terbang, maka berlarilah. Jika tak sanggup berlari, maka berjalanlah. Jika tak mampu berjalan, maka merangkaklah. Apapun itu, tetaplah bergerak. Insan pengabdi tak lahir karena ijazah, tapi oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah,” tutup Syahrul.
Nur Alya Azzahra