Perfilman Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Dikutip dari Media Indonesia, tahun 2023 menjadi titik kejayaan dari perfilman Indonesia dengan memproduksi 50 judul film.
Sejalan dengan itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat industri film nasional tumbuh positif sepanjang 2023, dan berhasil menyedot 55 juta penonton bioskop tanah air. Kondisi ini menjadi tren positif setelah Pandemi Covid-19 menyerang.
Lalu bagaimana kita memandang fenomena tren positif tersebut terhadap kualitas perfilman di Indonesia? Reporter identitas, Ismail Basri, berkesempatan mewawancarai ketua pelaksana Festival Film Indonesia (FFI) 2024-2026 sekaligus aktris dan produser film Indonesia, Prilly Mahatei Latuconsina, usai kegiatan FFI Goes to Campus pada Minggu (25/08). Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana pengalaman Anda selama terjun dalam dunia perfilman?
Ada dua film yang sangat susah bagi saya. Pertama, film Budi Pekerti yang berperan sebagai Tita. Karakter saya dengan Tita berbanding terbalik dengan karakter asli saya. Jadi, tipe Tita itu tidak ekspresif dan dingin. Sedangkan saya ekspresif banget gitu.
Kedua, film yang berjudul Ketika Berhenti di Sini. Saya mengambil karakter Dita di film ini. Dita dalam alur ceritanya itu merasakan emosi yang sangat kuat. Seperti seorang anak yang denial atau enggan mengakui bahwa apa yang dilakukan itu salah. Jadi agak susah ngambil perannya Dita di film ini.
Tantangan apa saja yang Anda alami dalam dunia entertainment?
Tantangan yang paling berat, yaitu mempelajari Bahasa Jawa halus yang termasuk kategori Bahasa Jawa yang sangat susah saat berperan sebagai Tita dalam film Budi Pekerti. Penonton harus tahu apa yang saya rasain, bagaimana air mata keluar dari kiri dulu baru kekanan. Scene ini lumayan menangtang bagi saya.
Perbedaan antara film dan sinetron itu dapat dilihat dari segi waktu. Kalau film dapat latihan berbulan-bulan, sedangkan sinetron memiliki waktu yang sedikit karena kejar tayang. Misalnya, sutradara print naskah skenario, di waktu itu juga harus menghafal skenarionya. Jadi, kalau di sinetron harus memiliki daya tangkap yang kuat. Bukan berarti artis sinetron tidak berkualitas.
Bagaimana Anda bertransformasi dari sinetron remaja hingga film layar lebar yang lebih serius?
Melakukan transformasi dari sinetron ke film tidak mudah karena selalu ada stigma dan perbedaan antara aktor sinetron dan aktor film. Padahal menurut saya, aktor sinetron itu tidak kalah kualitas dengan film.
Nah, transformasi saya dari sinetron yang ditonton sama semua orang, pasti ada yang nggak suka. Bahkan, ada juga yang ngatain alay dan benci. Kemudian, saat tiba-tiba main film pasti ada banyak kata-kata dan keraguan orang-orang di luar sana.
Bahkan dalam industri untuk bisa mainin karakter-karakter di film harus benar-benar belajar dari ulang agar bisa menunjukkan kualitas saya sebagai aktor gitu. Jadi benar-benar sulit, bukan perjalanan singkat dan instan, harus dibarengi dengan belajar dan kegigihan dalam melewati karakter-karakter tersebut.
Lalu mengapa Anda memilih proyek produksi film?
Pertimbangan pertama dalam memproduksi film itu adalah script, pesannya. Terserah yang mau main siapa, sutradaranya siapa, semua itu hal belakangan. Yang penting kalau baca scriptnya dan sudah suka, sudah tahu isu yang ada di dalam scriptnya adalah penting gitu.
Misalnya saat memproduksi film Ku Kira ke Rumah. Itu isunya tentang kesehatan mental. Menurut saya, kesehatan mental penting untuk kita suarakan. Film itu menjadi kendaraan yang paling efektif untuk kita menyampaikan sebuah pesan.
Bagaimana Anda melihat perkembangan industri film Indonesia saat ini?
Sekarang Itu menurut saya, kita lagi di masa yang sangat baik sekali, karena kemarin kita habis terpuruk gara-gara Covid-19. Akan tetapi, setelah itu banyak film-film yang akhirnya mencapai titik box office dan masuk ke dalam box office chart itu.
Dulu mungkin banyak box office itu horor, tapi sekarang sudah banyak drama box office, horor komedi box office, bahkan film festival kemarin Budi Pekerti bisa mencapai penonton 600 ribu sampai 700 ribu. Itu sudah luar biasa sekali karena biasanya film yang notabene festival palingan 100 ribu penonton .
Tapi mereka mau mencoba hal itu kayak misalnya oke lagi horor nih tapi ada aja pasti produser yang memproduksi lain selain horor, ada aja yang produksi drama, ada aja yang produksi komedi. Jadi yang produksi filmnya pun lebih bervariatif karena rasa percaya penonton Indonesia terhadap film Indonesia juga udah tinggi.
Menurut Anda bagaimana industri film Indonesia 5 tahun ke depan?
Menurut saya cerah banget. Kuncinya di satu kata saja, yaitu kolaborasi. Kalau misalnya produser-produser film mau saling berkolaborasi, apalagi mau berkolaborasi sama produser luar, saya yakin kita bisa go internasional.
Saya merasa konten-konten film Indonesia itu nggak kalah sama konten-konten film luar. Jadi kalau investor kita bisa berkolaborasi sama produser luar, terus kita berkarya, dipastikan bisa go bigger and get where what we are today.
Jadi mungkinkah film Indonesia mendapat peluang bersaing dengan negara lain?
Untuk bersaing di kancah internasional itu sangat berpeluang. Semenjak saya jadi produser, saya harus menonton film, entah itu film yang nggak bagus, harus ditonton. Karena saya pengen tahu kenapa film itu dikatakan kurang bagus.
Dari situ, sebagai produser film, saya melihat kualitas film di Indonesia itu nggak kalah bagus dengan film di luar sana. Saat nonton film Jepang dan korea, saya bilang, ih punya rasa bangga gitu nontonin film Korea, tapi ketika kita melihat film kita, film kita juga bagus. Aktor-aktor kita juga sudah banyak yang bagus sehingga berpeluang untuk bersaing.
Jadi saya merasa film-film kita kualitasnya sudah bisa bersaing di kancah internasional. Semoga berkesempatan untuk kita dapat mendistribusikan film Indonesia ke luar negri.
Informasi Narasumber:
Nama: Prilly Mahatei Latuconsina
Tempat, Tanggal Lahir: Tangerang, 15 Oktober 1996
Penghargaan:
“30 Under 30 Fobes Asia” Kategori Entertaiment & Sport
Duta Festival Film Indonesia 2021-2022
Indonesia Movies Actors Award 2023 kategori Pameran Utama Wanita Terbaik & Terfavorit