Institut Français d’Indonésie dan Alliance française de Makassar bekerja sama dengan Departemen Sastra Prancis, Universitas Hasanuddin (Unhas), melaksanakan diskusi dengan Komikus Prancis, Emmanuel Lemaire di Auditorium Prof Mattulada Unhas, Selasa (15/3).
Diskusi ini dilaksanakan sebagai bagian dari kunjungan Emmanuel selama berada di Indonesia. Sebelumnya Ia telah berkunjung ke berbagai kota seperti Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, dan Makassar sebagai kota penutup kunjungan tersebut.
Dalam pemaparannya, Emanuel menjelaskan tentang proses pembuatan komiknya yang berjudul Ma voisine est Indonesienne atau Tetanggaku Orang Indonesia. Kisah dalam komik tersebut berasal dari cerita tetangganya yang merupakan seorang perantau asal Makassar.
Selain bercerita Emmanuel juga memamerkan beberapa karya gambarnya di depan Auditorium sehingga mahasiswa yang lalu lalang dapat pula melihat dan menikmatinya.
Lebih lanjut, Emanuel menjelaskan awal pembuatan komik ini. “Suatu malam rumah saya diketuk oleh tetangga yang meminta minyak goreng untuk memasak nasi goreng. Itu yang menjadi titik awalnya,” ungkapnya dalam bahasa Inggris.
Sejak saat itu tetangganya sering berkunjung sehingga ia juga mulai tertarik dengan latar belakangnya sebagai orang Indonesia terlebih lagi karena pengalamannya yang sering berkeliling Prancis dibandingkan dirinya sendiri.
“Tempat-tempat yang dikunjungi tetangga saya bukan hanya tempat wisata tetapi tempat yang pernah didengarnya saat masih di Indonesia bahkan saya belum pernah berkunjung ke berbagai tempat tersebut,“ pungkas Komikus Prancis tersebut.
Emanuel menuturkan garis besar komik ini berupa cerita tentang perempuan Indonesia yang menjelajahi Prancis dan secara bersamaan menceritakan tentang pengalamannya saat di Indonesia. Dalam proses penulisannya pun ia berkonsultasi dengan tetangganya untuk menghindari kesalahpahaman yang biasa muncul.
Komik ini memberikan sudut pandang orang Indonesia dalam melihat Prancis dan orang-orang disana. Serta banyaknya perbedaan pandangan pada hal sehari-hari seperti bagaimana melihat keluarga, uang, pasangan antara budaya Indonesia dan Prancis.
“Saya belajar di Indonesia ada budaya karokean dan arisan yang tidak ada di Prancis,” tutur Emanuel.
M. Ridwan