Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) adakan The 6th International Conference of Linguistics and Cultural Studies (ICLC-6) di Aula Prof Mattulada FIB Unhas, Rabu (12/11). Konferensi ini mengusung tema Perspektif Multidisipliner tentang Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajaran: Tantangan dan Inovasi.
Guru Besar Departemen Sastra Indonesia, Prof Dr Asriani Abbas MHum turut menjadi pembicara utama dalam konferensi itu. Dalam kesempatannya, ia membahas fenomena evolusi bahasa di era digital yang membawa perubahan besar terhadap cara masyarakat berkomunikasi lintas generasi.
“Evolusi bahasa merupakan perubahan yang tak terelakkan. Bahasa yang berevolusi akan melalui perubahan baik kepada bunyi, ejaan, tata bahasa, maupun makna,” ujarnya.
Pakar linguistik teoretis itu menjelaskan, terdapat tiga faktor utama penyokong evolusi bahasa, yaitu perkembang teknologi, interaksi budaya, dan perubahan sosial. Menurutnya, ketiga faktor ini menyebabkan munculnya kata-kata baru, akronim, singkatan, hingga bentuk plesetan yang populer di era digital.
Lebih lanjut, Prof Asriani menyoroti fenomena bahasa generasi muda di media sosial (medsos). Berdasarkan hasil penelitiannya, terhadap pengguna berusia 15–28 tahun, ia menemukan karakteristik bahasa digital yang khas yang menyesuaikan tren budaya populer.
“Bahasa digital itu memiliki karakter yang singkat, simbolik dan visual, serta sangat dinamis dan viral,” tuturnya
Menutup paparan makalahnya, ia menekankan pentingnya menjaga komunikasi lintas generasi dengan literasi digital, kesabaran, dan empati. Ia mengajak agar adaptasi bahasa dilakukan tanpa kehilangan jati diri nasional.
Nurenci Ananda Pasaribu
