Melalui agenda Pojok Literasi #dirumahaja, Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi Mahasiswa (UKM Kopma) Unhas mengadakan bedah buku berjudul “Buku Besar Peminum Kopi,” Sabtu (6/6). Selain membahas kisah hidup Ikal sebagai tokoh utama, buku ini pun sisipkan strategi pemasaran.
Kegiatan yang dipandu oleh Besse Dalauleng ini berlangsung melalui grup WhatsApp. Ketua Koperasi Pemuda Indonesia (Kopindo) wilayah Sulawesi Selatan, Ahmad Akbar hadir sebagai pembicara dan partisipan dari pengurus Kopma Unhas 2020.
Dalam kesempatanya, Akbar menceritakan buku tersebut mengisahkan Ikal yang kembali ke kampung halamanya untuk berjualan kopi milik pamannya. Ia menemukan bahwa warung kopi merupakan budaya dalam budaya, memiliki beragam pengamatan. Ikal pun memutuskan untuk menulis sebuah buku.
“Ikal bekerja sebagai penjaga warung kopi pamannya. Disanalah Ia belajar langsung dari universitas kehidupan. Dalam bukunya menggambarkan karakter dan aktivitas orang sedang meminum kopi. Ini bagian terpenting dari pemasaran yaitu memahami karakter pembeli atau dalam arti luas memahami pasar,” ungkap Akbar.
Tak hanya itu, cerita berlanjut saat digelarnya kompetisi catur di Warung kopi. Ikal bertemu dengan Nong yang meminta bantuannya untuk mengalahkan mantan suaminya di kompetisi tersebut. Teman Ikal, Seorang juara catur Rusia pun berpesan bahwa catur mengajarkan berkalkulasi, bernegosiasi, berstrategi, serta bisa cerminan karakter pemainnya
“Warung kopi mampu menciptakan ekosistem budaya untuk berkembang bersama. Salah satunya dengan mengadakan lomba. Inilah yang harus kita hidupkan dari Koperasi, usaha kita bersama. Usaha untuk terus membangun ekosistem saling membutuhkan, kerjasama, kolaborasi dan iklim kompetitif yang sehat,” ujar Akbar.
Lebih lanjut, pria berkaca mata tersebut menyampaikan, ada satu kisah dilematis saa kompetisi catur memasuki semifinal, Ikal mendapatkan tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan internasional di Kota Jakarta. Ia pun sangat antusias untuk segera kesana.
Ikal ingi meninggalkan Nong yang tengah menghadapi semifinal. Namun ditengah perjalanan Ikal mengingat pesan ayahnya yang menyatakan bahwa “orang paling bahagia adalah orang yang bisa bahagia dengan berkorban bagi orang lain.” Ikal pun menurunkan niatnya untuk ke Jakarta dan kembali membantu Nong.
“Begitu pula Koperasi. Prinsip yang membedakan kita dari kapitalis. Saling tolong menolong, kerjasama dan gotong royong dalam usaha,” tutur Akbar.
M19