Pertambahan usia diikuti dengan keinginan merealisasikan mimpi yang ada. Tak jarang dalam proses mengejar cita-cita, seseorang membandingkan apa yang dia lakukan dengan yang telah digapai orang lain.
Kekhawatiran untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu, mendapat beasiswa, jadi aktivis kampus, punya pekerjaan, lanjut S2, memiliki bisnis, punya pasangan dan menikah sering menghantui pemikiran orang di rentang usia 20-30 tahun.
Fenomena ini dinamakan Quarter Life Crisis yang tanpa sadar terjadi dalam kehidupan. Menurut penelitian Harvard Bussiness Review, ada empat tahap dalam krisis emosional ini. Pertama, seseorang akan merasa terjebak dalam situasinya. Kemudian, merasa tidak ada orang yang memahaminya bahkan mulai kehilangan jati diri. Di fase akhir, ia sadar akan apa yang diinginkan dan dibutuhkaMasuk dalam zona krisis sungguh menyiksa jika tak mampu diatasi dengan baik. Berikut beberapa tips yang bisa diikuti saat berada dalam Quarter Life Crisis.
1. Belajar mencintai diri sendiri
Berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian tidak mengenakkan. Namun, proses ini selalu ada dalam hidup. Menerima segala perasaan yang hadir dan belajar mencintai diri jadi solusi. Marissa Anita seorang jurnalis dan aktris yang sekarang merambah ke dunia Youtube melalui channel Greatmind berbagi cerita tentang manfaat mencintai diri sendiri. Cinta diri sendiri bukan sikap yang egois, melainkan bentuk kedewasaan menerima hal-hal yang terjadi di luar kendali.
2. Berbagi cerita dengan sesama
Menemukan seseorang yang peduli akan sangat membantu dalam melalui krisis kepercayaan diri yang menyerang. Kebiasan overthinking membuat orang tidak bisa melihat sisi positif dari dirinya. Dengan bercerita bersama teman, perasaan lega akan muncul dan kita menjadi tenang. Psikolog klinis dan psikoterapis Henny Wirawan berpandangan bahwa persahabatan membuat orang lebih sehat mental. Saling berbagi cerita suka dan duka membuat orang lebih mudah menjalani kehidupannya.
3. Lepaskan ekspektasi
Siapa bilang habis kuliah harus langsung kerja? Atau jika punya kemampuan akademik yang mumpuni perlu lanjut S2? Wah perempuan itu sudah 25 tahun umurnya, kenapa belum menikah? Percuma jadi bos di kantor, kalau belum punya calon istri. Ungkapan-ungkapan di atas sering menjebak pikiran kita. Seolah habis ini harus langsung itu. Hukumnya wajib tanpa pengecualian. Manusia akhirnya hidup dengan segudang ekspektasi. Latih diri untuk melepaskan ekspektasi. Praktisi Mindfulness Adjie Santosoputro mengajak kita untuk lakukan hal ini. Baginya, hidup bukan soal mendapatkan namun bagaimana kita melepaskan. Bukan untuk menjadi seorang yang dipuja tapi bersiap menjadi bukan siapa-siapa. Dengan hidup dalam realita, kita lebih mudah melangkah menyusun mimpi.
4. Nikmati waktu sendiri
Hiduplah dengan menyenangkan. Nikmati waktu dengan melakukan hobi yang mungkin sempat terbengkalai ketika terlalu fokus mengejar mimpi. Semua orang perlu ruang untuk mendengar dirinya dan mengapresiasi seberapa tangguh ia telah berjuang melalui segala gejolak yang ada. Dilansir dari Psychology Today, psikolog Sherrie Bourg Carter, PsyD mengatakan memiliki waktu untuk diri sendiri terbukti mampu meredahkan stres dan khawatir yang berlebih.
5. Siapkan amunisi terbaik
Terbentur dengan kenyataan impian yang gagal diraih selalu mengantar pada refleksi diri. Manfaatkan waktu luang untuk memperkaya kompetensi diri. Seperti nasihat bijak Mahatma Gandhi “Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.” Mulailah belajar hal baru yang berguna di masa depan, misalnya bahasa asing, desain grafis, atau cara membuat konten di sosial media. Ilmu-ilmu ini mungkin tidak selaras dengan mimpimu. Namun dengan menyiapkan amunisi softskill, kamu terlihat punya kualitas. Mampu bangkit dari keterpurukkan dan siap menghadapi dunia dengan pengetahuan yang baru.
Itulah lima tips yang dapat dicoba saat mengalami fase Quarter Life Crisis. Semoga membantu dan selamat mencoba.
Fransiska Sabu Wolor