Jaket parasut berwarna toska yang membungkus badan kala itu menjadi tanda untuk siap menyusuri jalan panjang menuju lokasi pengabdian. Kali ini tugas pertamaku adalah mengambil kue untuk kegiatan terakhir di program pengabdian ini. Karena jarak antara rumah dan lokasi pengabdian cukup jauh, sudah pasti aku harus mempersiapkan diri lebih pagi lagi, meskipun segala hal sudah kupersiapkan sejak malam hari.
Langit yang cerah dan udara segar pagi itu seakan memberi tahu bahwa hal-hal indah akan hadir. Ruas jalan yang biasanya dipenuhi banyak kendaraan, pagi itu terlihat sangat sepi. Rasa sesak yang biasanya terbayangkan di jalan, menjadi perasaan lega melihat pemandangan jalan kala itu. Angin sepoi-sepoi selama perjalanan meniup wajah sampai mata tak tahan untuk terus terbuka.
Setelah menyusuri perjalanan kurang lebih setengah jam, aku sampai di depan toko kue. Perasaan senang saat itu tiba-tiba berubah menjadi bingung melihat bangunan kuning itu masih tertutup rapat.
“Apakah saya terlalu cepat datang?” pikirku.
Tapi seingatku, kata penjaga toko kue, kuenya paling lambat diambil jam sepuluh dan saat itu masih ada waktu sekitar dua jam sebelum jam tersebut.
Matahari semakin terik dan toko kue itu masih saja belum terbuka. Cukup lama aku menunggu di depan toko itu. Akhirnya langsung kuhubungi admin toko kuenya. Ternyata, kue yang sudah dipesan beberapa hari yang lalu belum siap untuk diambil. Perasaan kecewa dan panik itu kemudian muncul di situasi ini. Harusnya kue itu sudah ada di lokasi kegiatan sebelum pukul sepuluh. Jadinya saya harus menunggu lagi untuk bisa mengambil kuenya.
Jarak yang ditempuh untuk sampai di desa lokasi pengabdian itu juga memakan waktu sejam, bahkan lebih. Sudah pasti aku akan terlambat untuk sampai ke lokasi. Terpaksa, sesi cake playdate yang seharusnya dimulai lebih awal, diundur ke sesi selanjutnya.
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah sampai kuenya siap. Beberapa menit sebelum pukul sepuluh, untuk kali kedua aku kembali bersiap untuk mengambil kuenya. saat ini adikku ikut membantu. Untungnya adik manis ini bersedia menjadi volunteer dadakan karena kue yang mau dibawa itu cukup banyak. Tidak terbayangkan kalau hanya diri sendiri yang membawanya.
Perjalanan panjang itu pun dimulai. Posisi duduk memegang sekardus kue sepanjang jalan mulai terasa pegal. Belum lagi angin di jalan yang sangat sejuk sampai mata terpejam beberapa kali. Namun, tanggung jawab untuk membawa kue dan menjaganya agar tetap aman harus dilaksanakan. Meskipun pegal dan ngantuk, tetap harus ditahan.
Sesampainya di kantor desa, kegiatannya telah berlangsung sejak sejam yang lalu. Rasa lelah dari perjalan jauh itu langsung lepas ketika melihat senyuman riang ibu-ibu mitra pengabdian. Kue krim putih polos yang dibawa selama berjam-jam itu ditata dengan rapi di meja. Lalu aku kembali ke tugas sebenarnya sebagai bagian dokumentasi. Tepat sekali, saat itu sudah masuk di sesi foto kreasi.
Para ibu yang hadir bersama anaknya mengantri di tempat foto. Senang sekali rasanya melihat antusias mereka untuk berproses dalam kegiatan pengabdian ini. Walaupun hanya berlatar tripleks mereka tetap tersenyum manis menghadap ke kamera handphone saat sesi pengambilan foto. Segala gaya telah mereka siapkan untuk pengambilan gambar ini. Ada yang menggendong anaknya, Ada yang dirangkul sama suaminya, bahkan ada tiga sekawan ibu-ibu berseragam juga ikut mengabadikan momennya.
Suasana hangat selama kegiatan menjadi core memory bagi semua orang yang ada di lokasi itu. Foto yang telah dicetak saat itu juga sudah bisa langsung dihias dengan stiker-stiker lucu yang kami sediakan. Saking senangnya menempelkan stiker, ibu-ibu itu saling berebutan untuk mendapatkannya.
Tangan-tangan kecil anak mereka juga ikut terlibat dalam sesi menghias foto ini. Tawa riang dan senyum manis mereka memperindah dokumentasi yang kutangkap saat itu. Jika kulihat kembali dokumentasi di handphone, rasanya ingin kembali turun ke desa dan bertemu mereka kembali.
Meskipun programnya telah berakhir, perubahan positif yang terjadi tetap menjadi harapan yang selalu ingin diwujudkan dari pengabdian ini.
Ibarat menanamkan benih di tanah yang subur, akan selalu ada hal positif yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Jum Nabillah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2022
Sekaligus Kru PK identitas Unhas 2024