Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan kuliah umum bertemakan “Tantangan dan Peluang Humaniora di Era Kecerdasan Buatan (AI)”. Kegiatan berlangsung di Aula Prof. Mattulada, Jumat (03/10).
Kuliah umum dibawakan oleh seorang filsuf, Prof Dr Fransisco Budi Hardiman. Mengawali pemaparannya, ia menjelaskan bahwa humaniora sejak awal lahir dari tradisi humanisme yang menekankan penghargaan terhadap martabat manusia, empati, dan pluralitas.
“Di era digital ini, mesin semakin mirip manusia, tetapi sebaliknya manusia justru makin menyerupai mesin,” ungkapnya.
Fransisco menekankan bagaimana AI mulai menciptakan bentuk alienasi baru di masyarakat. Ia melanjutkan bahwa jika alienasi lama lahir dari mekanisasi produksi, maka alienasi baru muncul akibat otomatisasi digital.
Ia juga menjelaskan tantangan yang hadir dari era AI ini, yakni ketiadaan tacit knowledge, keputusan yang tidak otonom, dan hilangnya spontanitas. Ia mengungkap bahwa ketiga hal tersebut membawa frame problem, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting.
Lebih lanjut, Fransisco menegaskan pentingnya peran tubuh dalam pengalaman manusia. Menurutnya, tubuh adalah sumber empati, pengetahuan, dan makna.
“Hilangkan tubuh, maka pengetahuan kehilangan makna,” tegasnya.
Selain itu, ia memperkenalkan konsep re-embodyment atau proses menubuhkan kembali pengalaman manusia dalam era digital. Fransisco menyebut bahwa AI dapat mendukung riset interdisipliner, memperbaiki kualitas analisis data kultural, sekaligus membuka akses pengetahuan yang lebih merata.
Siti Nur Haliza Yusrianto
