Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan kuliah umum “Refleksi Proses Pemilihan Umum Tahun 2024”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unhas, Kamis (29/02).
Dipandu oleh Dosen Hubungan Internasional FISIP Unhas, Aswin Baharuddin SIP MA, acara menghadirkan Director Australian National University (ANU) Indonesia Institute, Dr Eve Warburton, sebagai pemateri.
Eve mendeskripsikan pandangan internasional tentang demokrasi di Indonesia. Ia mengutip beberapa pengamat politik asing bahwa sistem demokrasi di Indonesia diyakini tidak akan bertahan lama.
“Konflik-konflik yang ada di daerah seperti di Aceh, Papua, dan lain sebagainya sedang terjadi, sehingga mereka berpikir mungkin yang terjadi di negara lain akan terjadi di Indonesia, Indonesia akan pecah,” kata Eve.
Namun, dengan dukungan kuat dari presiden era reformasi saat itu, Indonesia mampu mempertahankan sistem barunya. Bahkan dianggap sebagai bagian dari The Third-Wave of Democray karena kesuksesannya.
Eve melanjutkan, di era Jokowi, pandangan internasional terhadap demokrasi di Indonesia kembali berubah. Mereka berpendapat bahwa sistem itu sedang mengalami kemunduran.
“Jadi sekarang demokrasi di Indonesia kalau dibanding dengan masa sebelumnya kurang dinamis. Ruang untuk menyuarakan kritikan tidak sebebas dulu,” tuturnya.
Ada beberapa teori mengenai hal tersebut, salah satunya adalah campur tangan para elit politik dalam perkembangan negara.
Eve mengingatkan, Indonesia masih merupakan negara demokrasi paling dinamis dan kompetitif di Asia Tenggara, dan hal itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
Najwa Hanana