Program Studi (Prodi) Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas mengadakan Kuliah Umum bertajuk “Kegare In Shito From A Perspective Religious Studies” di Aula Professor Mattulada, Selasa (19/09).
Kegiatan ini menghadirkan dua dosen dari Universitas Sumatera Utara, Alimansyar MA PhD dan Rani Arfianty SS M Phil sebagai pemateri. Pada kesempatannya, Alimansyar memberikan materi mengenai agama Shinto dari Jepang yang pernah ia teliti.
Alimansyah mengungkapkan, awal mula ia meneliti tentang agama ini karena tertarik dengan perannya dalam suatu negara. Seperti yang diketahui bahwa Jepang adalah negara maju, lantas ia tertarik untuk meneliti peran agama di negeri ini.
“Saya penasaran dengan Jepang yang bisa jadi negara maju dan peran agama yang ada di dalamnya,” ucap Alimansyar.
Dari hasil penelitiannya, Alimansyah mendapatkan bahwa ada kesamaan antara Shinto dengan agama mayoritas masyarakat Indonesia yaitu Islam. Persamaannya terletak pada proses penyucian diri yang juga dilakukan oleh agama Shinto.
Agama ini melakukan proses penyucian diri menggunakan air yang disediakan di tempat bernama temizusha. Menurut pantauannya, Shinto ini pun agaknya kurang pas apabila disebut sebagai sebuah agama sebab tidak memiliki kitab suci.
“Shinto ini susah disebut sebagai agama karena tidak mempunyai kitab suci. Juga dalam Islam kita mempunyai Nabi dan Rasul, sementara Shinto ini tidak mempunyai hal tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, Alimansyar menegaskan bahwa tidak ada konsep dosa dalam agama Shinto. Manusia yang menganut agama Shinto ini justru disebut kotor sehingga harus terus menyucikan dirinya.
“Dalam Shinto manusia itu terlahir dengan keadaan kotor dan akan selalu begitu. Maka dari itu, manusia di Shinto cukup beribadah untuk menyucikan dirinya,” tutur Alimansyar.
Muhammad Nabil Taufik