Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menyelenggarakan Wallacea Science Symposium yang berlangsung di Unhas Hotel and Convention, Senin (14/08).
Hari kedua kegiatan ini mengangkat tema “The Science : Capitalizing Indonesia’s Megabiodiversity” yang mengundang Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan (Kemendikbud) Riset, dan Teknologi (Ristek) Anindito Aditomo SPsi M Phil PhD sebagai pemateri.
Pada kesempatannya, Anindito menjelaskan urgensi pendidikan dasar dalam menghadapi perubahan iklim di Indonesia. “Keterlibatan siswa dalam mendorong upaya mitigasi dan adaptasi akan berkontribusi dengan signifikan” jelasnya.
Alumni Universitas Gadjah Mada itu juga menjelaskan peran Kemendikbud Ristek dalam upaya menanamkan kepedulian terhadap isu iklim kepada siswa yaitu melalui kurikulum merdeka. “Pemetaan kompetensi juga digunakan sebagai dasar untuk mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam hasil pembelajaran lintas mata pelajaran,” tuturnya.
Kurikulum merdeka juga memberikan materi perubahan iklim melalui media proyek yang melibatkan siswa dan guru, dengan harapan proses pembelajaran dapat berjalan lebih interaktif dan lebih mudah dipahami.
Menurutnya, dalam memberikan pemahaman terkait perubahan iklim kepada siswa bukan hanya melalui pengembangan pola pikir berupa teori saja, namun harus disertai penumbuhan kepekaan terhadap pelestarian ekosistem.
“Menanamkan rasa tanggungjawab terhadap ekosistem adalah hal yang penting bagi peserta didik,” imbuhnya,
Di akhir pemaparan, Anindito mengungkapkan tahun ini akan ada sekitar 300.000 sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, sehingga hal itu menjadi peluang besar untuk mensosialisasikan isu iklim.
Andi Nurul Istiqamah Bate