Sejumlah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di Universitas Hasanuddin (Unhas) kian kesulitan untuk tetap terbit dan bertahan. Kendala utama karena minimnya pendanaan, regenerasi dan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak berjalan maksimal, serta lambatnya peralihan ke media online.
“Harus diakui sekarang sudah banyak LPM yang susahmi bernafas sempat vakum kemudian bangkit, vakum bangkit” ujar Rahmat Setiawan, Ketua LPM Hukum Unhas.
Di Unhas, tercatat beberapa lembaga pers yang pernah eksis. Bahkan cukup dikenal hingga ke universitas-universitas di Pulau Jawa. Seperti Unit Kegiatan Pers Mahasiwa (UKPM), Radio EBS Unhas, LPM Sinovia dan Suara Medika di Fakultas Kedokteran, Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) di Fakultas Hukum, LPM Sintesis di Fakultas MIPA, Unit Kegiatan Mahasiswa Menulis (UKMM) dan Lentera Kita di Fakultas Sastra, Biro Khusus Belantara Kreatif (BKBK) di Fakultas Kehutanan, Channel 09 dan Creator 09 di Fakultas Teknik, serta Media Ekonomi (Medkom) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Nama-nama di atas ada di antaranya sudah pernah vakum, namun terbit kembali. Namun ada juga yang telah mati seperti Radio Suara Medika, Creator 09, dan Channel 09. Sedangkan yang lain tetap bertahan walau harus terseok-seok.
Selain persoalan klasik pendanaan, faktor utama tidak berkembangnya sejumlah LPM karena gagal dalam pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Tak seperti di media umum, yang memungkinkan pekerjanya bisa berlama-lama di media itu, LPM tentu berbeda. Transfer pengetahuan dari senior ke junior harus rutin berjalan, jika tidak akan terjadi krisis sumber daya manusia.
“Kurang wawasan soal kejurnalistikan, jarang turun ke lapangan, zaman sekarang susah sekali untuk tarik minat kerja-kerja jurnalistiknya anggota karena kurang semangatmi,” keluh Ketua LPM Medkom, Rifka Utami Az-Zahra.
Hal yang sama juga dikeluhkan, Rita Ariani, Pengurus Sinovia. Bukan hanya pada segi kualitas namun minat mahasiswa untuk bergabung juga semakin hilang, sehingga generasi mereka terputus.
“Jujur kurang minatnya, bukan cuma di sini, di organisasi lain juga mungkin karena berkurangmi minatnya mahasiswa untuk berkecimpung di luar mata kuliah,” kata Rita.
Terlambat Beralih ke Media Online
Semakin mudahnya mengakses internet dan kian tumbuhnya media online dan media sosial, sebenarnya bisa jadi solusi agar LPM bisa kembali eksis tanpa pembiayaan yang terlalu memberatkan. Namun, terlambatnya persiapan untuk beralik ke media yang baru, membuat LPM justru gagap dengan teknologi.
Media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram yang potensial dijadikan tempat untuk bersuara dan memberi informasi, tak banyak dimaksimalkan oleh LPM di Unhas. Dari penelusuran Identitas, hanya LPMH dan Sinovia saja yang sedikit aktif di medsos.
Untuk website atau blog sudah ada beberapa, kendati konsistensi dan kesinambungan pengupoad-an berita masing sering jadi kendala. Web yang cukup aktif seperti eksepsionline.com dan lpmsinovia.org. Namun untuk medkomunhas.blogspot.co.id dan catatankaki.info/profil sudah beberapa bulan tak nampak berita baru.
“Kita juga mencoba mengarah sana (online), tapi kita tidak mau total ke arah sana,” tampik Ketua UKPM Unhas,
Mahasiswa angkatan 2013 ini juga mengungkapkan bahwa UKPM kini berfokus pada wacana-wana pergerakan dan kemahasiswaan bukan pada berita lagi.
“Berita bukan hal yang utama kami, tapi (lebih fokus) ke wacana yang dilempar itu,” ucapnya.
Begitu pula dengan LPMH. Kesinambungan kerap terkendala dana.
“Ada sesuatu yang menurun dari yang dulu-dulu, permasalahnya yang mungkin adalah lembaga pers belum punya vitamin untuk menyesuaikan dengan kondisi sekarang,” ujar Ketua LPMH, Rahmat Setiawan.
Masalah yang sama juga dihadapi oleh UKMM. “Kami baru mengupayakan berinovasi baru wacana tapi untuk aksi sendiri belum dilakukan ke online,” kata Ketua UKMM, Munib.
Sementara itu, mantan aktivis pers mahasiswa Idham Malik mengkritik LPM yang hanya berkutat pada persoalan-persoalan politik, sosial, ekonomi semata. Dengan berkembang dahsyatnya media-media mainstream terlebih di online, pers mahasiswa harusnya fokus pada hal yang spesifik, dengan kembali ke kampus dengan keilmuannya.
“LPM bisa lebih memanfaatkan media online, temanya lebih kepada tema studi masing-masing misalnya pertaniaan, perikanan dan bidang keilmuaan lainnya” sarannya. (*)
Reporter: Nor Hafizah

Discussion about this post