Setelah beberapa tahun tak bertuan, akhirnya kursi jabatan tertinggi di tingkat mahasiswa kini berpenghuni lagi. Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi kembali memiliki Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U). Hal tersebut ditandai dengan terpilihnya Abd Fatir Kasim, mahasiswa Teknik Industri Unhas sebagai Presiden Mahasiswa. Kegiatan pemilihan itu dilaksanakan di Wisma Perum Bulog Malino, Gowa, Rabu (7/8).
Dilihat dari jenjang organiasi yang pernah diikuti, Fatir, sapaan akrabnya memang telah berpengalaman dalam hal memimpin. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum BEM HMTI FT UH periode 2017. Tak hanya itu, setahun setelahnya ia juga dipercayakan memimpin SMFT UH untuk periode 2018/2019.
Lalu bagaimana tanggapan dan langkah Fatir ke depannya mengenai BEM U di kampus merah? Untuk mengetahui hal tersebut, Reporter PK identitas Unhas, Wandi Janwar mendatangi Presiden BEM U, Fatir usai mengikuti diskusi di Taman Sospol Unhas, Senin (19/8). Berikut hasil wawancaranya.
1. Menurut Anda seberapa penting BEM U ini dibentuk?
Jika ditanya mengenai seberapa penting pembentukan BEM U, kita harus lihat kembali seberapa penting organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas. Jadi, kalau soal seberapa penting pembentukannya, sangat penting karena ini organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas, secara konstitusi merupakan wadah pemersatu Unhas yang positif dan progresif.
Sebelumnya memang sudah ada organisasi, tapi mungkin di ranah konsep dan progresifnya belum, makanya itu yang kemudian kita inisiasi. Jadi kalau soal organisasi kemahasiswaan, yang perlu diketahui bahwa organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas, itu diinisiasi bukan hanya pada saat Peraturan Rektor tentang Organisasi Mahasiswa (PR Ormawa) ini terbentuk.
Dulunya, saya pernah menjabat sebagai ketua senat di Fakultas Teknik (FT). Memang sudah menjadi memorandum setiap tahun untuk diadakan organisasi kemahasiswaan universitas. Jadi, pada saat ada aturan tentang PR Ormawa langsung lebih mempermudah inisiasinya kami dalam membentuk organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas.
Mengenai inisiasi ini sudah ada sejak dulu. Saya melanjutkan apa yang diturunkan kepada saya sebagai seorang kader. Saya ini kan sebenarnya perpanjangan dari memorandum di kongres kami. Jadi bukan serta merta saya yang punya kemauan untuk membentuk ini BEM U. Saya punya landasan berangkat dari permintaan di kongres yang termuat dalam memorandum dan rekomendasinya.
Itu atas dasar permintaan warga, karena kami di Kongres Mahasiswa Teknik (KMT) mengambil keputusan sesuai hasil kesepakatan. Ini merupakan kemahasiswaan tingkat fakultas, jadi kalau mau dibilang apa kekuatannya ini memorandum, itu permintaan warga kalau tidak dijalankan maka kita tidak demokratis.
2. Kalau dari sisi PTNBH, menurut Anda seberapa besar sumbangsi BEM U ini nantinya terhadap perkembangan Unhas?
Yang menjadi pembeda ketika misalnya ada organisasi kemahasiswaan di universitas sebelum PTNBH dan pada saat PTNBH, mungkin cenderung lebih kepada legitimasinya. Artinya, ini memperkuat eksistensinya organisasi internal kampus. Ke mana rujukannya, PR Ormawa.
Kemudian kondisi lain, adanya organisasi tingkat universitas pada saat PTNBH dan non PTN BH itu di MWAnya. Ada perwakilan mahasiswa, dalam hal ini ketua BEM U untuk mengisi satu kursi di MWA. Nah ini kan kita ketahui bersama, MWA adalah forum yang akan menentukan kebijakan-kebijakan kampus selanjutnya.
Jadi kalau soal seberapa besar pengaruhnya, kita akan masuk ke dalam sistem sehingga langkah atau tindakan yang diambil kampus dan berdampak ke mahasiswa tidak hanya pada saat disosialisasikan. Kalau kita masuk ke dalam sistem, artinya kita akan mengubah dan ikut merumuskan.
3. Sebagian mahasiswa berpikir, yang masuk sistem akan diintervensi. Bagaimana tanggapan Anda mengenai hal tersebut?
Soal intervensi tidaknya, ketika masuk di MWA artinya kita selevel dan statusnya sama dengan dosen dan anggota MWA lainnya, bahkan gubernur sekalipun. Jadi ini kan kondisinya masih dalam tahap ketakutan karena kita belum pernah masuk.
Namun, kondisinya ketika rapat misalnya ada yang tidak sesuai dengan kemauan, jika memang harus sampai tahap voting. Kemudian barulah bisa mengambil keputusan yang sesuai. Bahkan kita bisa keluar dari pembahasan rapat karena mungkin merugikan mahasiswa. Nah di situlah konsekuensinya sebagai seorang pemimpin.
Kita tidak bekerja sebatas sebagai seorang ketua, karena ada hari pertanggungjawabannya. Nah ada Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang nantinya akan ditolak atau diterima oleh mahasiswa. Begitu pun di MWA, ketika memang ada yang tidak sesuai maka kita keluar dan jangan terima keputusannya.
4. Tidak semua BEM Fakultas mendukung terbentuknya BEM U. Bagaimana tanggapan Anda?
Soal adanya BEM fakultas yang belum terlibat, lagi-lagi saya katakan ini adalah hal yang wajar dan biasa. Bahkan ada organisasi di beberapa universitas yang dari dulu sampai sekarang tidak gabung. Anggaplah kita ini kampus yang baru mau bentuk organisasi, pasti yang dulu universitasnya diselesaikan baru ke fakultas dan turun ke jurusannya.
Nah di situ sulitnya tapi Insyaallah, inikan kalau dilihat sejarah terbentuknya BEM U banyak asumsi dan pendapat soal tidak mau terima BEM U karena merupakan bagian PTNBH. Sejauh ini saya juga melihat sudah ada berapa organ mencoba beradaptasi. Di mana dengan beradaptasi dengan status kampus yang PTNBH, mereka akan memahami kebijakan yang sudah dibuat.
5. Layaknya pemilihan pemimpin pada umumnya, apa saja visi misi Anda ke depannya?
Kalau soal visi misi, visinya tentu adalah sebagai wadah pemersatu mahasiswa Unhas yang konstruktif dan progresif. Sedangkan untuk misinya sendiri, cara mencapai kesatuan itu dengan melaksanakan kegiatan ekstrakokulikuler maupun non ekstrakokulikuler. Kemudian yang terpenting juga di Unhas adalah cara membangun budaya dan marwah ciri khasnya kita karena ini belum terlihat.
Kalau di beberapa fakultas sudah ada yang memiliki ciri khas budayanya. Baik itu budaya dalam berpakaian, maupun berkomunikasi. Tugasnya kita lima hingga sepuluh tahun ke depan yakni memunculkan ciri khas di level universitas, karena itu akan menjamin amunisi sehingga memunculkan jiwa jiwa persatuan.
6. Apakah ada langkah atau strategi khusus agar mereka yang kontra dengan BEM U mau bergabung?
Intinya kita diskusi terus. Melakukan diskusi dan pendekatan persuasif. Itu saja yang akan kita lakukan dan kalau pun belum mau gabung, mungkin faktor rezim yang akan datang berbeda cara berpikirnya. Kan juga hanya satu tahun menjabat, mungkin nanti pengganti saya beda lagi caranya, tergantung mereka yang punya keputusan dan kebijakan.
7. Langkah utama yang akan Anda lakukan setelah menjabat Presiden BEM U?
Langkah yang sekarang itu menyelesaikan masalah teman-teman mengenai pembekuan BEM. Makanya saya juga belum bisa berpikir strategis karena masih ada yang nyangkut di kepengurusan. Itulah yang mau coba kita selesaikan, kalau memang sudah musyawarah dan pelantikan, kita rapat kerja dan buat program dengan esensi mampu mengikat hubungan emosional.
Nah kalau level fakultas, emosional mungkin terbangun dengan baik tetapi hanya sebatas teman fakultas itu saja. Jarang orang bilang teman universitas, karena tidak ada wadah atau kegiatan yang mampu mempertemukan emosional mereka. Jika ada wadah pemersatu tingkat universitas maka kita akan bersatu. Misalnya, ketika teman-teman dari Fakultas Kedokteran (FK) ada yang ganggu, mahasiswa dari Fakultas Teknik (FT) tidak akan diam, begitupula dengan fakultas lainnya karena sudah terjalin emisonal.
8. Terkait posisi BEM U di MWA, apa saja benefit yang akan didapatkan?
Kembali lagi ke manfaatnya, BEM U itu akan lebih nyata menyampaikan aspirasi mahasiswa. Jadi sebelum kita masuk ke dalam ruangan MWA, kami pasti akan coba evaluasi. Misalnya saja terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mengeluh, maka kita akan menampung keluhan tersebut lalu menyampaikannya dalam rapat MWA.
Rektor pun harus memperhitungkan aspirasi di MWA, termasuk kita mahasiswa. Sekarang kita mewakili mahasiswa S1 pasti akan sangat dipertimbangkan. Jadi kita juga tidak akan salah dalam menyampaikan aspirasi mahasiswa itu. Kemudian, ketika kita telah masuk ke dalam sistem rapat maka akan banyak data yang bisa didapatkan.
9. Mengenai hal tersebut, apakah hasil rapat yang didapatkan di MWA akan disampaikan kepada seluruh mahasiswa?
Iya, nanti kita coba buat yang namanya rapat koordinasi. Rapat tersebut merupakan pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing lembaga, baik lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas maupun lembaga tingkat departemen termasuk UKM. Ketika berkumpul, kita tanya keluhan mereka dan setelah ada hasilnya serta dianggap sejalan maka diadakanlah rapat koordinasi.
10. Bagaimana dengan BEM yang kontra, ketika masa kepengurusan telah berjalan dan mereka berubah pikiran untuk bergabung dengan BEM U?
Tetap kita ikutkan. Ketika mau gabung di tengah pengurusan maka ada mekanisme yang namanya musyawarah istimewa. Saya kira setiap organ tahu, BPM yang akan membuka. Mekanismenya nanti BPM yang akan menyetujui.
11. Bagaimana dengan pengurus BEM U, apakah sudah memiliki anggotanya?
Anggota BEM U itu kalau dalam kesepakatan kami memperioritaskan seluruh mahasiswa Unhas. Namun, dalam regulasinya segala pengambilan keputusan berdampak kepada kondisi teman-teman yang belum gabung. Dalam memberikan informasi dan aspirasi kita utamakan BEM fakultas yang masuk, itu saja dulu. Bukan untuk diskriminasi teman-teman, tetapi kami juga menghindari konflik di setiap fakultas.
12. Terakhir, apa harapan Anda mengenai BEM U ini ke depannya?
Harapan saya, karena kita berada di lingkup perbedaan, mari bersatu. Mari kita kawal segala kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak sejalan dan berdampak ke seluruh mahasiswa Unhas. Insya Allah kalau niat kita baik, pasti hasilnya akan diberikan jalan.
Data Diri
Nama: Abd Fatir Kasim
TTL: Pangkep, 4 Mei 1997
Riwayat Organisasi:
1. Ketua BM IPPM Pangkep-UH periode 2016-2017
2. Ketua Umum BEM HMTI FT UH Periode 2016-2017
3. Ketua Umum SMFT UH Periode 2018/2019
4. Ketua BEM UH Periode 2019/2020