Senin, 8 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Legally Blonde: Representasi Feminitas sebagai Bentuk Perlawanan Stereotip Gender

21 Oktober 2025
in Headline, Resensi, Sastra
Legally Blonde: Representasi Feminitas sebagai Bentuk Perlawanan Stereotip Gender

Legally Blonde (2001)

Editor Nur Muthmainah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap terjebak dalam penilaian sepintas. Rambut pirang, pakaian serba pink, dan aksesori glamor seringkali dikaitkan dengan kesan dangkal dan tidak serius. Stigma ini begitu mengakar hingga banyak orang mengalami diskriminasi hanya karena penampilan luar. Padahal, kecerdasan tidak bisa diukur dari tampilan fisik atau label sosial.

Kalimat ikonik Elle, “I don’t need backups. I’m going to Harvard,” menjadi simbol keberanian melawan stigma. Dari sanalah kisah inspiratif ini dimulai.

Mengisahkan Elle Woods (Reese Witherspoon), seorang mahasiswa jurusan Fashion Merchandising di University of California Los Angeles (UCLA) yang hidup dalam kemewahan dan glamour. Dengan rambut pirang berkilau, koleksi pakaian pink yang tak terbatas, dan kepribadian yang ceria.

BacaJuga

Menyelami Tradisi Gowok Melalui Perjalanan Hidup Nyi Sadikem

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Ia tampak seperti stereotypical ‘blonde bimbo’ (Bimbo adalah slang yang digunakan untuk menyebut wanita yang menarik secara penampilan namun dianggap bodoh dan dangkal). Hidupnya berpusat pada hubungan dengan Warner Huntington III (Matthew Davis), seorang mahasiswa ambisius yang berasal dari keluarga kaya dan berencana melanjutkan pendidikan hukum di Harvard.

Segalanya berubah ketika Warner memutuskan hubungan mereka di restoran mewah. Alasannya sederhana namun menyakitkan, Elle tidak cukup ‘serius’ untuk menjadi istri seorang calon politisi, Warner membutuhkan seseorang yang lebih intelektual. Perpisahan ini menghancurkan hati Elle, namun sekaligus membakar semangat untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi lebih dari sekadar gadis cantik berambut pirang. Dengan tekad bulat yang mengejutkan semua orang, Elle memutuskan untuk mengikuti jejak Warner ke Harvard Law School.

Masuk Harvard bukan perkara mudah. Proses persiapan LSAT yang ia kemas dengan gaya fashion video menunjukkan caranya yang unik, namun keseriusannya nyata. Setibanya di Harvard, Elle menghadapi dunia akademik yang keras dengan dosen skeptis, rekan sekelas yang meremehkan, dan lingkungan kompetitif yang asing baginya. Vivian Kensington (Selma Blair), tunangan baru Warner, hadir sebagai rival sekaligus cermin kontras “wanita serius” yang dibandingkan dengan Elle.

Di tengah tekanan, Elle menemukan kekuatan baru. Bimbingan Professor Stromwell (Holland Taylor) dan persahabatan dengan Paulette (Jennifer Coolidge), seorang manicurist yang juga berjuang melawan stereotip, menguatkan semangatnya. Kesempatan emas datang saat Elle mendapat magang di firma hukum Professor Callahan (Victor Garber). Keterlibatannya dalam kasus pembunuhan Brooke Taylor Windham (Ali Larter), seorang instruktur fitness dan mantan seniornya di perkumpulan Delta Nu, menjadi ujian besar.

Perjalanan hukum itu tidak hanya menguji kecerdasan Elle, tetapi juga integritasnya. Ketika Callahan mencoba bertindak tidak etis, ia menolak tunduk, membuktikan kedewasaannya, sekaligus menegaskan bahwa keberhasilan sejati lahir dari keberanian menjadi diri sendiri.

Tema utama Legally Blonde adalah perjuangan melawan stereotip gender dan penampilan. Elle membuktikan bahwa kecerdasan tidak eksklusif bagi mereka yang tampil formal atau berwajah serius. Film ini juga menekankan pentingnya otentisitas menjadi diri sendiri, alih-alih berusaha meniru standar orang lain.

Selain itu, film ini mengangkat isu empowerment. Elle tidak hanya membela dirinya, tetapi juga memberi dukungan pada orang-orang di sekitarnya seperti Paulette. Pesannya jelas: setiap passion memiliki nilai, dan tidak ada pengetahuan yang sia-sia. Bahkan keterampilan “dangkal” seperti hair care atau fashion bisa menjadi alat memecahkan kasus hukum yang rumit.

Diproduksi dengan anggaran sekitar 18 juta dolar, Legally Blonde meraih kesuksesan komersial besar dengan pendapatan lebih dari 140 juta dolar di seluruh dunia. Film ini juga melahirkan sekuel, adaptasi musikal Broadway. Reese Witherspoon juga turut menerima banyak pujian kritikus, bahkan perannya sebagai Elle Woods dianggap sebagai salah satu performa paling ikonik dalam kariernya.

Keberhasilan film ini menunjukkan bagaimana kisah yang membongkar stereotip gender dapat diterima luas, sekaligus memberi ruang bagi diskusi serius tentang representasi perempuan di dunia profesional.

Legally Blonde bukan sekadar komedi romantis tentang seorang gadis pirang yang masuk Harvard. Film ini adalah manifestasi tentang kekuatan menjadi diri sendiri. Elle Woods mengajarkan bahwa kita tidak perlu meninggalkan femininitas atau passion pribadi hanya untuk dianggap serius. 

Bagi siapa pun yang pernah diremehkan karena penampilan atau pilihan hidup, film ini menawarkan inspirasi bahwa keberhasilan sejati bukan tentang memenuhi ekspektasi orang lain. Dengan cara yang jenaka dan menyenangkan, Legally Blonde menegaskan bahwa setiap orang punya tempat untuk bersinar, meski dunia meremehkannya.

Judul Film: Legally Blonde
Sutradara: Robert Luketic
Penulis Skenario: Karen McCullah, Kirsten Smith
Tayang Perdana: 13 Juli 2001
Durasi: 96 Menit

Afifah Khairunnisa



ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Gelora Ekspresi dan Seni Unhas Zaman Dulu

Next Post

Unhas Capai Kenaikan Peringkat Drastis di Asian University Ranking 2026

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In