Sebagai salah satu komoditas yang banyak dimanfaatkan, cabai rawit terus mengalami lonjakan karena potensi pasarnya yang tinggi. Namun dalam budidaya nya, seringkali mengalami penurunan produksi bahkan terjadi kegagalan panen disebabkan kendala seperti serangan hama dan penyakit tanaman. Hama Kutu Putih (Paracoccus marginatus), salah satu hama yang menjadi ancaman bagi tanaman cabai karena merusak daun dan menular ke bagian lain yang menjadi ancaman bagi petani.
Menyadari permasalahan tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) yang beranggotakan tiga mahasiswa Agroteknologi yakni, Nurul Aliyah Akhmad, Aini Mulyani Rahman, Fierly Rachdini Nur Haryuti, mahasiswa Ilmu Teknologi dan Pangan Fadhika Apriliyani, serta mahasiswa Teknik Lingkungan Andi Yudha Pratama Ramadhan membuat biopestisida pembasmi kutu putih pada tanaman cabai rawit yang berasal dari limbah puntung rokok dan berhasil meraih medali emas kategori poster pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNas) ke-34 di Universitas Sumatera Utara (USU).
Ketua Tim, Aliyah menyampaikan bahwa limbah puntung rokok sering ditemukan di sekitar kita. Adanya kandungan tembakau pada puntung rokok setelah dianalisis berpotensi menjadi biopestisida untuk kegiatan pertanian serta kandungan nikotin pada rokok dapat menjadi bahan pembuatan insektisida.
Ia menambahkan bahwa pestisida yang kita kenal selama ini berfungsi sebagai pengendali hama dalam pertanian, hanya saja pestisida yang terdiri dari kandungan bahan kimia sintetik dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan manusia karena kandungan zat kimia karsinogenik yang banyak, makanya perlu alternatif lain. “Adanya biospestida dari limbah putung rokok yang kami usulkan diharap bisa menjadi salah satu solusinya,” ujarnya saat diwawancarai Jumat, (11/11).
Proses pembuatan pestisida ini dimulai dengan mengumpulkan limbah puntung rokok dari para kerabat yang merokok, dari warkop serta kafe. Setelah terhimpun, punting rokok dipisahkan antara filter dan bubuk tembakau bekas bakar. Bubuk tembakau sisa limbah puntung rokok ini kemudian dilarutkan menjadi biopestisida.
Proses penelitian berlangsung dari Juni hingga Juli, dimana penelitian eksperimen dilakukan dengan mengujikan biopestisida puntung rokok dengan konsentrasi yang berbeda dan menggunakan dua teknik pengaplikasian yang berbeda pula. Teknik pengaplikasian yang dimaksud adalah teknik penyemprotan. Teknik aplikasi penyemprotan menjadi salah satu faktor utama produk perlindungan tanaman dikatakan manjur atau tidak.
“Tantangan utama dalam penyemprotan, yakni cara pengaplikasian dan ukuran droplet. Kami menggunakan teknik nozzle karena ukuran droplet-nya lebih kecil sehingga mampu mengenai sasaran dan butiran yang dihasilkan lebih seragam. Butiran biopestisida tidak mudah menetes, terbuang sia-sia ke tanah, dan mampu menghindari tetesan air dari daun sisa penyemprotan,” jelasnya.
Pengamatan dilakukan selama 4 pekan. Penyemprotan dilakukan satu kali seminggu pada interval sore, dan memperhatikan faktor suhu, kelembapan, kecepatan angin, jarak penyemprotan, serta arah penyemprotan. Pengamatan terhadap intensitas serangan hama kutu putih terhadap tanaman cabai rawit dilakukan setiap 72 JSP (jam setelah penyemprotan). Adapun parameter yang diamati, yakni intensitas serangan hama kutu putih yang ada pada tanaman cabai rawit.
Hasil pengamatan yang didapatkan yakni perlakuan biopestisida limbah puntung rokok dengan nozzle sprayer maupun hand sprayer pada konsentrasi P1 (10 ml/L), P2 (20 ml/L), dan P3 (30 ml/L) mampu menurunkan intensitas serangan dari sebelumnya berkisar antara 40-50% menjadi 3-18%. Intensitas serangan hama terendah terlihat pada perlakuan P3 (30 ml/L) pengamatan ke-3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi cairan biopestisida pada setiap pekan maka intensitas serangan semakin menurun. Penurunan terjadi karena efek nikotin dari puntung rokok.
“Harapan kami, semoga kedepannya lebih banyak lagi mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar menjadi hal yang lebih berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, yakni dengan mengikuti PKM, mahasiswa dapat menyalurkan ide, inovasi dan kreatifitas,” pungkasnya.
Andi Audia Faiza Nazli Irfan