“Ratusan tahun bangsa ini melawan penjajah, ratusan tahun susah payah bangsa ini mengusirnya, agar bisa hidup merdeka, makmur di negeri sendiri. Kehidupan yang baik dan mulia. Tapi sayangnya, setelah penjajah itu berhasil diusir pergi, justru yang datang adalah saudara sendiri, yang lebih bengis, lebih rakus, untuk kemakmuran kelompoknya sambil membual demi kepentingan bangsa dan negara.” -Tere Liye dalam Teruslah Bodoh Jangan Pintar.
Tere Liye, yang merupakan nama pena dari Darwis Darwono memang sering mengangkat kritik sosial dalam tulisannya. Novel ini adalah salah satu narasi realitas tentang betapa berkuasanya pemilik modal di negeri ini. Teruslah Bodoh Jangan Pintar mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial dan politik Indonesia saat ini.
Novel ini menceritakan perjuangan para aktivis lingkungan yang berusaha menghentikan sebuah proyek tambang yang mengorbankan kehidupan dan kesejahteraan lingkungan masyarakat. Dengan latar persidangan yang berlangsung lebih dari satu bulan, buku ini menunjukkan betapa kelam dan menyesakkan realitas kekuasaan yang sering kali mematikan kebenaran dan keadilan yang seharusnya direalisasikan.
Selama persidangan tersebut, aktivis lingkungan berjuang dengan sumber daya terbatas, sementara perusahaan tambang menyewa pengacara terbaik untuk memenangkan kasus ini. Saksi-saksi yang turut dihadirkan dalam persidangan turut memberikan kesaksian menyedihkan akan kekecewaan yang mereka rasakan. Skenario selama persidangan dibangun dengan penuh intrik
Teruslah Bodoh Jangan Pintar tidak hanya menunjukkan ketidakadilan yang terjadi di ruang persidangan, tetapi juga mengungkap dampak nyata dari proyek tambang. Dampak lingkungan seperti kerusakan alam seperti lubang bekas galian tambang yang ditinggal begitu saja merupakan salah satu fokus novel ini. Di samping itu, Tere Liye juga menyoroti praktik tambang ilegal yang sangat berdampak pada kesejahteraan pekerja namun sering diabaikan.
Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada lebih dari 2.742 lokasi praktik penambangan tanpa izin (PETI) di Indonesia. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan melaporkan bahwa pada tahun 2020 saja terdapat 3.092 lubang tambang yang tidak direklamasi di tanah air. Kondisi ini tidak hanya menyisakan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat, tetapi juga mengungkapkan keterlibatan dalam praktik penyuapan dan korupsi yang melibatkan aparatur negara.
Novel ini juga sangat relevan dengan kondisi korupsi di Indonesia. Data dari Transparency International (TI) menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2023 menempati urutan ke-115 dalam Indeks Persepsi Korupsi dunia dengan skor 34, yang menunjukkan bahwa negara ini masih tergolong tinggi dalam kasus korupsi. Selain itu, dari daftar Indeks Pembayar Suap (Bribery Payers Index/BPI) yang terdiri atas 28 negara, Indonesia menempati peringkat keempat dalam hal pengusaha yang gemar memberi suap untuk memuluskan urusan bisnisnya.
Tere Liye, melalui novel ini, berhasil menyajikan gambaran yang sangat jelas dengan detail tentang bagaimana ketidakadilan bisa merusak struktur sosial dan hukum. Meskipun tema yang diangkat mungkin terlalu berat bagi sebagian pembaca, novel ini tetap berhasil membuka mata mengenai absurditas kondisi negeri ini.
Teruslah Bodoh Jangan Pintar adalah novel yang mudah dibaca dengan narasi yang kuat dan emosional. Novel ini mampu membangkitkan gejolak emosi yang menggugah pembaca untuk terus membacanya. Sejak diterbitkan pada Februari 2024, buku ini telah mendapatkan sambutan hangat dan menjadi best seller dengan penjualan yang signifikan, terjual puluhan ribu eksemplar di seluruh Indonesia hingga saat ini.
Jika kamu ingin memahami lebih dalam tentang realitas pahit di balik praktik tambang ilegal, korupsi, suap, dan gratifikasi yang merajalela di Indonesia, serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari kita, maka Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye adalah bacaan yang menarik.
Temukan bagaimana tim aktivis lingkungan berjuang melawan perusahaan tambang raksasa yang menyewa pengacara terbaik di negara ini, dan siapa yang akan memenangkan persidangan setelah membaca buku ini.
Adrian