Alumni Antropologi Univeritas Hasanuddin (Unhas), Saleh Hariwibowo, membagikan pengalaman merantaunya dalam kegiatan Memorabilia Talks bertema “Kampus dalam Membentuk Skena Musik Kota” yang dilaksanakan di koridor FIS III-109, FISIP Unhas, Minggu (13/07).
Saleh menceritakan pengalamannya datang dari Palu dengan membawa kecintaannya terhadap musik rock dan band. Lingkungan kampus yang asing dan budaya sanggar menjadi titik awal perjalan musikalnya, dari pertunjukan kecil antar angkatan, ia mulai bermain gitar dan drum bersama temannya.
Dari formasi dadakan untuk festival Intercollegiate Broadcasting System (IBS) Radio, lulusan Antropologi Unhas itu membentuk band yang diberi nama Laburane bersama senior di Antropologi. Mereka tampil di pertunjukkan konser musik kecil sambil menyuarakan keresahan sosial lewat musik.
“Musik bagi kami bukan sekedar suara, tapi cara bicara pada keadaan,” katanya.
Saat menjadi Ketua Bem dulu, Saleh turut menyuntikkan kegemarannya bermusik ke dalam program kerja organisasinya. Salah satu program kerja yang dimaksud adalah memfasilitasi konser aktivisme hingga menyelenggarakan konser musik punk kampus.
“Awalnya cuma cari teman dan panggung kecil, tapi dari kampus lah semuanya bermula,” kenangnya soal perjalanan musiknya.
Ruang kreatif pun terbuka lebar bagi kampus, tidak heran Kapal Udara, Laburane, hingga Kabul Darat lahir dari atmosfer ini. Bagi Saleh, musik mereka lahir dari obrolan kampus yang membentuk cara berpikir.
“Kampus mungkin tidak melahirkan musisi intelektual, tapi atmosfernya memberi bahan bakar untuk karya,” ujarnya.
Aqilah Syamsuddin
