Bidang Keilmuan Pandu Alam Lingkungan (PAL) Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan Informasi Edukasi Kehutanan (InDuk) yang disiarkan langsung melalui Instagram @pal_unhas, Rabu, (10/5).
Kegiatan bertemakan “Berkreasi dengan Daun, Bunga dan Kain” ini menghadirkan Alumni Mahasiswa Laboratorium Perlindungan dan Serangga Hutan Fahutan Unhas 2018, Nurfadilah Latif SHut sebagai narasumber.
Nurfadilah menjelaskan, ecoprint merupakan teknik penggunaan warna alami, dengan cara mentransferkan warna, motif maupun bentuk yang ada pada tumbuhan ke kain. “Dahulu hanya ada teknik pencelupan, namun seiring berjalannya waktu, muncullah teknik ecoprint ini,” ucapnya.
Proses ecoprint dimulai dari pembersihan kain, mordant untuk memancing warna keluar dari daun hingga masuk meresap ke kain, lalu fiksasi untuk mengunci warna. Dalam tahap mordant terbagi lagi dalam tiga jenis ecoprint, yakni steaming dengan cara mengukus kain, founding memukul-mukul daun ke kain, dan fermentasi menggunakan cuka pada bahan dan daun.
Dita mengatakan, hasil dari ecoprint dapat bertahan lama, bahkan bertahun-tahun. Tergantung dengan jenis kain yang digunakan. “Adapula tanaman-tanaman yang kurang baik dalam menghasilkan warna, seperti tanaman paku. Biasa warnanya tidak muncul,” jelasnya.
Di akhir sesi, Nurfadilah menyebutkan, kelebihan ecoprint di antaranya, warna yang dihasilkan lembut dipandang, tidak menyebabkan iritasi pada kulit, apalagi kanker karena zat sintetis.
Iftita Aspar