Ketiga mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas mensosialisasikan pembuatan cuka kayu (wood vinegar) dari limbah pohon pinus. Mereka adalah Rika Faradhillah, Fitriaseh, dan Asmaul Husna Kegiatan itu bertempat di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimincong, Kabupaten Gowa, Minggu (4/4).
Sebagai Ketua Tim, Rika mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan karena proposal tim berhasil didanai oleh pihak Fakultas Kehutanan Unhas melalui ajang Call For Student. “Call For Student hampir mirip dengan PKM, proposal penelitian diseleksi dan yang berhasil lolos akan didanai,” ucapnya, Sabtu (17/4).
Memanfaatkan limbah dari pohon pinus, penemuan tersebut lahir menggunakan alat sederhana yang bisa dirakit sendiri oleh masyarakat. “Cuka kayu nantinya dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai handsanitizer yang ramah lingkungan di tengah pandemi,” jelas Rika.
Ia mengatakan, pemanfaatan limbah pemanenan pohon pinus berawal dari ketertarikan untuk tidak menumpuk limbah hingga terbuang sia-sia. “Kami berupaya meningkatkan nilai tambah secara ekonomi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Contohnya handsanitizer dari cuka kayu,” ungkap Rika.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup Kehitanan (BLI KLHK) dengan penelitian sejak 2010, cuka kayu sendiri mempunyai daya bunuh terhadap virus, bakteri, dan kuman 70 kali lipat dibanding alkohol. Rasio 1% cuka kayu lebih efektif dibanding etanol 70%, sehingga sangat ampuh sebagai handsanitizer.
Melalui penemuan ini, Rika berharap masyarakat dapat membuat handsanitizer secara mandiri dan meningkatkan nilai tambah secara ekonomi dari limbah pemanenan pohon pinus yang belum dimaksimalkan.
Annur Nadia F. Denanda