Mahasiswa Departemen Sastra Bugis-Makassar Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Abdi Mahesa mengangkat objek La Galigo sebagai tugas akhir.
La Galigo merupakan karya sastra terpanjang di dunia. Lebih panjang daripada epik India, Mahabarata, dan Ramayana. Juga lebih panjang daripada epik Yunani, Homerus. Kitab kuno berbentuk puisi ini berisi mitos penciptaan dari peradaban Bugis.
Abdi mengatakan memiliki ketertarikan dan kecintaan terhadap La Galigo sejak menjadi mahasiswa baru. “La Galigo bukan hanya sekedar karya sastra, melainkan bukti monumental Budaya Bugis yang tertuang secara naratif dalam bentuk prosa yang memiliki ribuan bait syair,” ucapnya melalui wawancara, Sabtu (14/8).
Ia mengangkat La Galigo khususnya Episode Taggilina Sinapatie dengan total 305 halaman. Ini juga merupakan episode terakhir karena berkisah tentang akhir kekuasaan dan kedudukan dewa yang ada di langit dan laut, serta menyinggung masuknya islam.
“Saya cukup kesulitan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini karena naskah di atas 100 tahun, tulisan buram, tidak berspasi, bahasa yang cukup tua, sehingga membutuhkan kemampuan interpretasi supaya bisa mengetahui maksud sesungguhnya dari teks,” ungkap Abdi.
Abdi menghabiskan waktu sekitar 1 tahun 5 bulan yang diawali dengan studi katalog di kantor Arsip Sulawesi Selatan (Sulsel) dan mengunjungi tempat yang masih merawat tradisi La Galigo.
“Mengunjungi daerah yang masih merawat tradisi galigo seperti bissu yang ada di Bone dan Sigeri, juga mengunjungi pasure atau pelantun La Galigo yang ada di Buloi, Kabupaten Wajo,” sebut Abdi.
Abdi berharap agar kajian La Galigo tidak hanya dilakukan oleh dirinya seorang, “Anak muda lain juga dapat menjadikan kajian budaya dan sejarah sebagai sumber pengetahuan dan giat identitas mereka,” harapnya.
Lusius Kasimirus Aga