Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Hasanuddin (Unhas) akan mengadakan pengamatan gerhana bulan total di Pelataran Gedung Ipteks Unhas, pada Rabu malam (31/1/2018).
Malam nanti, bulan akan berada di titik terdekat dengan Bumi, atau dikenal sebagai perigee sehingga bulan akan tampak lebih besar, peristiwa ini biasa disebut supermoon. Peristiwa ini juga terjadi di fase bulan purnama kedua pada Januari 2018 dan Desember 2017. Selain itu, di peristiwa ini akan tampak juga gerhana bulan total dan bluemoon.
“Supermoon itu peristiwa dimana bulan terlihat seluruhnya dari bumi karena dia berada di posisi terdekatnya dari bumi,” ujar Harmita salah seorang panitia.
Peristiwa yang langka ini akan terlihat jelas di seluruh Indonesia. Supermoon dan gerhana bulan total biasanya terjadi setiap 2,5 tahun sekali. Diperkirakan durasi keseluruhan peristiwa ini akan berlangsung selama 76 menit, dengan bulan yang akan bergerak dari arah selatan umbra Bumi. Saat fase totalitas bulan berlangsung, bagian bawah bulan nantinya akan tampak lebih terang daripada bagian atasnya.
Di tahun 2018 ini seakan menjadi waktu istimewa, pasalnya tahun ini supermoon terjadi dua kali tepatnya tanggal 1 Januari 2018 lalu dan akan terjadi kembali hari ini, di tanggal 31 Januari 2018.
“Tapi untuk 2018 dua kali terjadi supermoon, tepatnya 1 januari kemarin tapi tidak terlalu kentara dan nanti bakal terulang lagi pas 2037,” ujar Mita.
Supermoon, hari ini, 31 Januari 2018, memiliki kemiripan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 2016 dan 2020. Hal ini juga merupakan bagian dari siklus Saros 124.
Mita menjelaskan bahwa untuk mengamati supermoon tidak perlu teknik khusus, cukup dengan menggunakan teleskop saja. Rencananya panitia pengamatan menyediakan enam teleskop. Bahkan besok panitia juga akan menggelar shalat gerhana di Masjid Kampus Unhas.
Reporter: Wandi Janwar