El nino kembali melanda Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini. Perihal itu dibuktikan dengan berbagai pemberitaan yang mengarah pada dampak langsung dariel nino, seperti kekeringan lahan ataupun krisis air bersih. Dilansir dari media Kompas, Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo pada Agustus lalu menyebutkan bahwa Indonesia overstock beras di atas 2,7 ton hingga September 2023. Pernyataan itu disampaikan setelah rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo menyikapi fenomena iklim el nino.
Kendati demikian, bayang-bayang ancamanel nino tetap saja membuat masyarakat risau. Kekeringan panjang bisa berujung pada gagal panen bagi petani beras, juga ketersediaan beras yang turut menipis.
Lalu, bagaimana dampak el nino bagi ketersediaan pangan di Indonesia serta apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya? Simak wawancara khusus Reporter identitas Unhas Muhammad Nur Ilham, bersama Ahli Agroklimatologi Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Kaimuddin MSi IPM, Jumat (15/09).
Bagaimanakah pendapat Anda terkait fenomena el nino?
El niño merupakan fenomena global yang sebenarnya terjadi di pasifik tengah (Amerika Latin). Tapi dampaknya itu bisa menyeluruh secara global.el nino berasosiasi dengan kekeringan sehingga fenomena ini sangat mengganggu sendi-sendi kehidupan di semua aspek dengan signifikan.
Bagaimana kemudian el nino berimbas pada ancaman terjadinya krisis pangan?
Kita ketahui bersama bahwa komoditas padi yang kita panen kemudian menjadi beras, itu sangat membutuhkan banyak air walaupun padi bukanlah tanaman air untuk pertumbuhannya. Jika terjadi kekurangan air, maka pertumbuhan padi tersebut menjadi tidak optimal dan kita menjadi puso (gagal panen). Apalagi menurut badan klimatologi Amerika,el nino saat ini diperkirakan akan berlangsung hingga Januari 2024. Jika itu benar terjadi, maka kemungkinan kita akan kekurangan produksi beras yang berujung terganggunya ketahanan pangan.
Beberapa negara juga menyetop untuk melakukan ekspor beras, yang membuat Indonesia juga tak lagi berharap pada impor. Apakah masih ada kemungkinan indonesia melakukan impor untuk menyetok beras?
Benar. Negara-negara pengekspor beras terbesar di dunia seperti India, Thailand, Pakistan dan Vietnam sudah mulai membuat kebijakan membatasi ekspor beras. Adanya pembatasan tersebut disebabkan mereka juga harus mengamankan ketahanan pangan merespon ancaman el nino, sehingga bagi negara-negara pengimpor beras dan juga gandum bisa berdampak pada ketahanan pangan kita. Maka, kita harus memiliki strategi kemandirian dalam hal ini mengantisipasi tidak adanya impor beras walaupun pemerintah telah menjamin akan mengimpor beras.
Lantas apakah impor beras yang juga seringkali dilakukan pemerintah sudah cukup menjamin stok beras?
Sesungguhnya kita sudah swasembada pangan dari segi kebutuhan konsumsi. Jadi impor beras yang dimaksudkan untuk mengamankan ketahanan pangan, bukan untuk konsumsi. Manakala terjadi bencana alam secara mendadak, beras impor tersebut diibaratkan sebagai penyangga.
Impor ini dibutuhkan dan memang perlu karena dalam kondisi el nino saat ini harga beras pasti akan naik. Kemudian dengan mengimpor kita bisa stabilisasi harga di tingkat konsumen. Impor beras tetap diperlukan tetapi bukan ditujukan menghambat produktivitas di dalam negeri.
Apa langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman krisis pangan?
Pertama dilakukan diseminasi atau sosialisasi bagaimana diversifikasi pangan. Saya pernah sampaikan agar hotel-hotel bisa menyajikan makanan tradisional lebih banyak, misalnya di Sulawesi Selatan ada kapurung.
Kedua diperlukan efisiensi penggunaan air yang diwujudkan dalam peningkatan kuantitas penampungan air, misalnya dalam bentuk embun. Embun tersebut digunakan untuk menampung air hujan pada saat hujan serta memperbanyak pompa-pompa air.
Di samping itu, memperbanyak penggunaan varietas tanaman yang toleran terhadap kekeringan dan juga mempercepat penanaman varietas berumur pendek. Walaupun strategi tersebut bersifat jangka panjang, riset-riset penelitian terkait strategi tersebut masih dibutuhkan.
Apa yang harus dilakukan untuk memitigasi dampak dari el nino?
Semua lembaga pemerintah berwenang harus bersinergi untuk mengantisipasi dampak yang timbul akibat el nino. Karena ini akan berdampak pada ketahanan pangan, maka stabilitas harga harus dijamin oleh pemerintah setempat dengan mengupayakan suatu program agar pemerintah membeli beras dari petani dengan harga yang mahal kemudian dijual dengan harga yang murah kepada konsumen.
Koordinasi oleh pemerintah dengan berbagai pemangku kepentingan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena yang ingin diselamatkan adalah petani dan masyarakat dalam rangka mengantisipasi dampak dari el nino.
Data diri narasumber
Nama : Prof Dr Ir Kaimuddin MSi IPM
Tempat dan tanggal lahir : Makassar, 12 Mei 1960
Riwayat pendidikan :
S1 : Agronomi, Universitas Hasanuddin, 1986
S2 : Agroklimatologi, Institut Pertanian Bogor, 1994
S3 : Agroklimatologi, Institut Pertanian Bogor, 2000
Profesi : Insinyur, Universitas Hasanuddin, 2021