“Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai.” -Anies Baswedan.
Berbagai motivasi dimiliki oleh setiap volunter, ada yang beralasan ingin mengisi waktu luang, memperindah CV, atau bahkan menginginkan refreshing. Apapun alasannya, keberadaan mereka sangatlah berharga bagi anak-anak di Pulau Bonetambu. Program volunter yang diselenggarakan Sikola Cendekia Pesisir ini bertujuan untuk memberdayakan serta mengabdi kepada masyarakat Pulau Bonetambu.
Pulau Bonetambu merupakan salah satu pulau kecil kebanggaan Kota Makassar yang terletak di Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah. Kawasan tersebut sangat menarik jika ditinjau dari keanekaragaman hayatinya karena merupakan salah satu destinasi snorkeling terbaik di Indonesia.
Pada Kamis, 22 Juni 2023 para volunter serta panitia melakukan perjalanan ke Pulau Bonetambu dari Pelabuhan Paotere, Makassar. Perjalanan menempuh jarak yang cukup dekat, yaitu 18 km dengan waktu perjalanan satu jam.
Sekitar jam 11 kami tiba di pesisir pulau tersebut yang disambut hangat oleh senyuman manis dari anak-anak dan tentunya hamparan keindahan penampakan bawah laut yang tampak dari permukaan. Penampilan mereka sangat sederhana, dengan warna kulit sawo matang dan rambut pirang—bukan karena pewarna rambut—mengundang nostalgia orang dewasa.
Saat turun dari kapal, mereka langsung mengerubungi kami untuk berkenalan serta bermain bersama. Mereka bagai makhluk polos dan sederhana yang mungkin bisa kita sebut “hanya tahu main saja”. Namun, energi positif serta aura ceria mereka membuat kami terbawa suasana. Suasana keharmonisan yang dapat menjadi obat bagi kejenuhan per-mahasiswa-an para volunter. Saat memasuki waktu zuhur, interaksi kami dengan anak-anak pun dibubarkan dan akan dilanjutkan sore hari.
Program pengabdian ini terbagi menjadi beberapa divisi, yaitu divisi kesehatan, divisi lingkungan, divisi pemberdayaan masyarakat, dan divisi pendidikan. Setiap divisi memiliki program kerjanya masing-masing layaknya KKN. Program pertama yang dilaksanakan ialah bersih-bersih lingkungan dengan mengumpulkan sampah.
Terdapat masalah yang menuntut para volunter untuk berpikir inovatif demi mengolah sampah masyarakat, sehingga program bersih lingkungan bukan sekadar untuk mengumpulkan sampah semata. Menurut kesaksian volunter batch sebelumnya—saat ini batch 14—masyarakat memanfaatkan kumpulan sampah menjadi bendungan. Namun, solusi itu tidaklah cukup efektif untuk menyelesaikan masalah persampahan di Pulau Bonetambu.
Setelah menjalankan program bersih lingkungan, kegiatan selanjutnya dari divisi pemberdayaan masyarakat, yaitu lomba balap karung yang dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan ini sangat menarik bagi mereka, antusiasme yang tinggi ditampakkan dengan sikap kompetitif pada saat lomba berlangsung.
Program selanjutnya dilaksanakan keesokan hari dengan evaluasi rutin sebagai penutup di malam hari. Namun, saya mendapat kabar bahwa akan diadakan ujian dadakan yang mengharuskan saya kembali ke Makassar esok harinya Jumat, 23 Juni 2023. Saya cukup tidak tenang karena harus meninggalkan banyak rangkaian kegiatan bahkan kegiatan dari program kerja saya sebagai anggota divisi kesehatan.
Tak berhenti sampai di situ, setelah mengikuti ujian, kebimbangan menghinggapi saya dalam mengambil keputusan apakah saya akan kembali ke pulau atau tidak. Pasalnya, jika kembali saya akan tiba pada 24 Juni sebelum zuhur dan keesokannya akan pulang ke Makassar 25 Juni pagi. Kesempitan waktu dan pertimbangan ongkos transportasi menjadi pertimbangan, ditambah dengan tenaga yang harus dikeluarkan.
Namun, saya mengambil keputusan untuk tetap kembali ke pulau karena alasan untuk bertemu dan berpamitan dengan benar kepada anak-anak di sana. Melihat ketertarikan mereka untuk berteman kepada saya menjadi suplemen kuat. Energi positif mereka membuat saya nyaman dan ingin memberikan manfaat lebih.
Tidak salah dengan pikiran sendiri, saat saya tiba di pulau, anak-anak langsung menampakkan antusias yang tinggi. Mereka bersorak ria memanggil nama saya sambil berlari menghampiri. Kemudian kami belajar bersama dengan membaca buku-buku cerita dan pengetahuan alam. Mereka mendengarkan dengan seksama, serta mampu memahami penjelasan saya dengan sangat baik. Hal itu menimbulkan ide dari saya untuk mengadakan sosialisasi praktik mengenai pengetahuan alam.
Terlepas dari itu, jika ditelisik kembali, kami menemukan masalah lain selain persampahan, yaitu masalah pendidikan. Minimnya kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan membuat usaha anak-anak Pulau Bonetambu untuk berpendidikan menjadi terhambat. Orang tua beranggapan bahwa pendidikan tidaklah lebih penting daripada bekerja karena menganggap nelayan adalah sebagai nasib hidup yang tidak dapat diubah.
Hal itu didukung karena 90 persen penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan, selebihnya sebagai pedagang, guru, dan tenaga medis. Masalah pendidikan ini juga merambat hingga menimbulkan beberapa masalah kesehatan terutama perihal kesehatan reproduksi dan dampak pernikahan dini.
Dari situlah, para volunter Sikola Cendekia Pesisir hadir untuk menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat, dengan menghadirkan program-program hasil buah pikir dari sang agen of change yaitu mahasiswa. Inovasi-inovasi program tersebut diharapkan mampu membuat dampak serta perubahan ke arah yang lebih baik.
Penulis:
Taqiyyah Al Ghumaidha Alta
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Angkatan 2021