Maret 2020 menjadi waktu terakhir sosok Margriet Lapia Moka SS MA membersamai keluarga, mahasiswa, dan rekan dosennya. Meski demikian, Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas ini menjadi sosok yang memiliki karakter kuat bagi mereka yang sempat mengenalnya. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah FIB, A Lili Elvita SS M Hum yang semasa mahasiswa pernah diajar dan menjadi asisten Margriet.
Dalam ingatan Lili, Margriet adalah sosok dosen yang pintar, menguasai banyak bahasa, disiplin, bertanggung jawab, bersih dalam keseharian, dan jujur. Sebagai kalangan akademisi, ia selalu mengajarkan kepada mahasiswa ketika menjelaskan sesuatu harus memiliki landasan, baik dari buku pegangan, arsip, atau karya ilmiah lainnya.
Margriet juga terkenal sebagai dosen yang berintegritas. Alkisah ada mahasiswa yang sudah mengulang dua kali dan meminta untuk diluluskan dengan cara dia lari keliling lapangan, namun Margriet tetap menolak. Kasus lainnya, mahasiswa tahun ke tujuh yang hampir Drop Out (DO) dan dosen lain ingin meluluskannya, namun Margriet teguh mahasiswa tersebut tetap diuji sesuai standar. Ia tak pernah membiarkan orang lulus padahal belum layak menyandang gelar.
Wanita yang pernah mengajar di Universitas Indonesia itu merupakan campuran darah Belanda dan Indonesia. Sehingga ia juga ahli dalam bahasa Belanda. Ia bahkan ditunjuk menjadi salah satu anggota tim ahli untuk menerjemahkan arsip berbahasa Belanda peninggalan masa kolonial dulu. Terakhir arsip yang ia terjemahkan adalah arsip Konferensi Malino.
Selain menjadi dosen Ilmu Sejarah, Margriet sempat menjadi ketua departemen pertama di Sastra Jepang dan memimpin di Departemen Pariwisata. Sosok Margriet juga sangat berpengaruh di antara para dosen. Saat rapat, salah satu orang yang biasanya didengar adalah Margriet. Ia bahkan pernah menjadi tim penyusun kurikulum untuk departemen Ilmu Sejarah, hingga saat ini kurikulum tersebut masih digunakan.
Lili menceritakan, Margriet dikenal sebagai sosok yang dermawan dan peduli kepada orang-orang terdekatnya. Saat menjadi asisten, Lili pernah diajak untuk konferensi dan penelitian di Yogyakarta dan Kalimantan tanpa mengeluarkan biaya. Ia juga selalu diberi uang saku. “Saya nda tau ya asisten-asisten lain diberi atau tidak, tapi ibu berikan (uang) untuk biaya transportasi asistennya,” ungkapnya.
Selain dermawan, Margriet sangat bertanggung jawab dan disiplin. Sifat tersebut biasanya didapati saat ia mengajar. Selalu datang tepat waktu meski rumahnya jauh. Tak hanya itu, ketika mengajar Margriet memaksimalkan waktu. Tidak perlu kuliah berjam-jam.
Menjelang akhir hayat, Margriet tetap peduli akan tanggung jawabnya sebagai dosen. Sehari sebelum tutup usia, ia masih sempat menyampaikan ke dosen lain bahwa dirinya sudah tidak bisa mengajar dan memberikan beban mengajar kuliah serta mahasiswa bimbingannya ke mereka. Tepat Rabu 25 Maret 2020, Margriet dikabarkan meninggal dunia.
Sosok akademisi Margriet Lapia Moka SS MA juga seorang agamis. Ia selalu ikut dalam kegiatan gereja dan cukup aktif dalam pelayanan yang diadakan gereja. Bahkan sempat mengikuti kegiatan gereja internasional di Depok.
Dalam keluarga, Margriet menjadi sosok yang sangat menyayangi keluarga. Ia selalu menyempatkan waktu di awal dan akhir tahun untuk bersama keluarganya. Lili mengatakan, saat natal Margriet pasti selalu mengundang dosen FIB untuk ke rumahnya.
“Saat natal di rumahnya pasti sudah disiapkan berbagai makan juga memisahkan makanan yang memang tidak boleh dimakan umat islam,” kenang Lili.
Muhammad Amar Masyhudul Haq