“Djangan sekali-kali meninggalkan sedjarah.”
Itulah diktum Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, dalam pidato terakhirnya sebagai presiden pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.
Pesan ini disampaikan Sang Bung Besar agar masyarakat Indonesia tidak serta merta meninggalkan sejarah panjang bangsa sekaligus memahami dengan jelas setiap peristiwa sejarah yang telah berlalu untuk menjadi pembelajaran di masa yang akan datang.
Setahun sebelumnya, terjadi pergumulan politik, 30 September 1965 meletus dan mengubah drastis sejarah Indonesia. Akan tetapi, hingga sekarang sejarah akan peristiwa tersebut seakan-akan ditinggalkan dan menjadi ingatan gelap yang tidak pernah dijamah dengan jelas hingga kini.
Beberapa pihak, baik pemerintah maupun masyarakat yang mencoba menggali kembali ingatan baik orang-orang yang terlibat maupun yang menjadi korban kekerasan pada saat itu menjadi angin segar belakangan ini. Kisah tersebut dikemas dalam film berjudul You and I yang mengikuti dua mantan tahanan politik di usia senja mereka.
Adalah Kaminah dan Kusdalini, dua perempuan mantan tahanan politik yang ditahan tanpa persidangan sebelumnya. Keduanya aktif sebagai anggota paduan suara organisasi Pemuda Rakyat yang merupakan sayap pemuda dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka bertemu dalam rumah tahanan, disatukan takdir, dan hidup bersama hingga akhir hayat.
Kaminah mendekam selama dua tahun sedangkan Kusdalini selama tujuh tahun dalam bui Orde Baru. Cap tahanan politik di Kartu Tanda Penduduk (KTP) membuat pencarian pekerjaan menjadi muskil. Selain itu, Kaminah ditolak keluarganya, sehingga keduanya memutuskan untuk hidup bersama di Solo dengan membuka sebuah warung makan sederhana.
Walaupun berlatar pada peristiwa yang sarat akan intrik politik dan sejarah, dokumenter ini menyajikan sudut pandang yang sangat personal. Mengikuti kedua tokoh di masa tuanya, sambil menghadapi masalah sehari-hari seperti genteng bocor, sakit punggung dan berbagai masalah kecil lainya. Keintiman inilah yang ditawarkan dengan sangat baik dalam You and I sehingga begitu menyodok emosional penonton.
Melalui percakapan-percakapan sehari-hari antara keduanya, kita dibawa pada beberapa ingatan masa lalu, tentang teman-teman mereka yang mati entah di mana, tentang kepercayaan terhadap Soekarno, dan kisah hidup mereka hingga menua bersama. Kasih sayang dan persahabatan sangat lekat di antara keduanya, saling merawat satu sama lain di usia senja.
Keduanya harus bertahan hidup dengan berjualan kerupuk sehingga hanya dapat menjalani hidup pas-pasan di hari tua. Di saat sakit mendera Kusdalini, sang teman hidup selama lima puluh tahun, Kasminah merawat dengan sabar. Mereka menjalani hidup dengan saling bersandar satu sama lain. Merek bersama hingga akhir hayat.
Meski Kaminah dan Kusdalini yang telah tutup usia, tetapi pemenjaraan dan pembunuhan pada tahun-tahun kelam tersebut masih belum terkuak dengan jelas. Keadilan atas apa yang menimpa mereka tentunya akan memunculkan pertanyaan bahkan menjadi hantu ingatan yang tidak terselesaikan.
Film dokumenter yang digarap sejak 2016 ini berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan, salah satunya adalah film dokumenter panjang terbaik di Festival Film Indonesia 2020. Fanny Chotimah, selaku sutradara mengangkat film ini berdasarkan buku foto yang berjudul Pemenang Kehidupan karya Adrian Mulya dan Lilik HS. You and I tersedia di situs Bioskoponline.com bagi kamu yang tertarik menontonya.
Film ini sangat cocok untuk kamu yang ingin mengetahui bagaimana kehidupan para mantan tahanan politik, serta bagaimana hubungan yang sangat kuat antara manusia dapat terjalin dengan menopang satu sama lain.
Ridwan