Dihadiri dua presiden pendahulunya, Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Indonesia di Halaman Tengah Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (24/02/2025). Pembentukan Danantara sebagai langkah pemerintah untuk memperkuat ekosistem investasi negara.
Danantara akan berperan dalam menghimpun aset milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) guna memperoleh pendanaan. Aset-aset tersebut dapat dijadikan agunan untuk pinjaman atau bahkan dijual. Meskipun begitu, Danantara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dengan Kementerian BUMN. Lembaga ini akan fokus pada pengelolaan investasi yang tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Beberapa pengamat khawatir akan independensi dan transparansi Danantara, sebab struktur kepengurusannya diisi oleh individu yang memiliki afiliasi kuat dengan kepentingan politik dan bisnis.
Maka dari itu, kehadiran Danantara Indonesia menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus harapan. Apa strategi yang akan diterapkan untuk memastikan pengelolaan investasi tetap transparan? Bagaimana peran Danantara untuk mencapai 8 persen pertumbuhan ekonomi seperti yang dicita-citakan Presiden Prabowo?
Simak wawancara khusus Reporter PK identitas Unhas, Rika sartika, dengan Guru Besar Manajemen Keuangan sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof Mursalim Nohong SE MSi CWM, Selasa (18/03).
Menurut Anda, bagaimana peran Danantara dalam memajukan pembangunan Indonesia?
Danantara berkomitmen untuk mendorong transformasi ekonomi dengan pendekatan profesional dan penerapan good governance. Transformasi ekonomi akan menjadi agen perubahan mendasar dalam struktur dan komposisi ekonomi, yang ditandai oleh pergeseran dominasi sektor-sektor ekonomi tertentu ke sektor lain yang dianggap lebih produktif, bernilai tambah tinggi, atau berkelanjutan.
Danantara juga berkomitmen meningkatkan efisiensi aset, menarik investasi global, dan memperkuat daya saing Indonesia di sektor strategis, sehingga menciptakan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tantangan yang dihadapi kemudian adalah menurunkan indeks ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat, penyediaan sumber daya manusia berkualitas, bijak dalam menyikapi ketergantungan terhadap teknologi dan modal asing, serta mengurangi resistensi terhadap perubahan struktural dari sektor tradisional.
Bagaimana penerapan transformasi ekonomi yang profesional dan good governance dalam operasional Danantara?
Pengelola Danantara harus secara aktif menunjukkan komitmen terhadap tata kelola yang baik sebagai contoh nyata (tone at the top) di tengah kritikan masyarakat. Perlu adanya penetapan standar etika yang tinggi dan konsisten dalam setiap keputusan dan kebijakan strategis.
Danantara juga perlu menerapkan sistem pelaporan internal yang transparan, misalnya whistleblowing system untuk pelaporan pelanggaran secara aman. Implementasi kode etik lembaga juga perlu dibangun dan diperkuat. Selain itu, perlu untuk diterapkan zero tolerance terhadap pelanggaran integritas, seperti korupsi atau fraud.
Apa kelebihan dan kekurangan Danantara?
Danantara tentu belum memiliki kekurangan mengingat keberadaannya masih sangat baru. Akan tetapi, yang terpenting adalah langkah strategis apa yang akan ditempuh oleh lembaga ini, agar visi dan misi yang telah ditetapkan dapat diwujudkan atas dukungan manajemen yang profesional.
Secara tegas dalam undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintah bahwa Danantara merupakan badan strategis yang akan menjadi generate income, melalui investasi yang dijalankan dari alokasi dana BUMN.
Berapa lama waktu untuk melihat hasil konkret dari adanya Danantara ini?
Jika memerhatikan institusi bisnis yang tergabung dalam Danantara Indonesia, seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Perusahaan Listrik Negara, Pertamina, Bank Negara Indonesia, Telkom Indonesia, dan MIND ID, maka seharusnya lembaga ini akan menjadi role model dalam investment and wealth management di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan plat merah tersebut saat ini telah memiliki kinerja yang sangat cemerlang. Sebutlah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang kembali mencatatkan kinerja positif di tengah dinamika ekonomi global dan kondisi ekonomi domestik.
Oleh karena itu, seharusnya ada optimisme yang tinggi terhadap Danantara, jika memerhatikan kinerja masing-masing perusahaan yang tergabung di dalamnya. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan ketentuan bahwa pengelolanya memiliki niat yang baik untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Indonesia, maka target kinerja akan tercapai.
Apa tanggapan Anda terhadap kekhawatiran akan potensi korupsi dalam pengelolaan Danantara?
Danantara ke depannya memerlukan kepercayaan dari pemangku kepentingan. Kepercayaan akan tumbuh dan berkembang, jika pengelola dan pengelolaan lembaganya berkualitas. Kepercayaan adalah pondasi dalam membangun reputasi Danantara. Tanpa adanya kepercayaan, sulit bagi perusahaan untuk menciptakan reputasi positif di mata pelanggan, investor, mitra bisnis, dan masyarakat luas.
Penempatan orang-orang pada jajaran pengelola saat ini telah menuai beberapa kritikan, sebab reputasi masalah lalu. Padahal investor akan menanamkan dananya atau membangun kerja sama, apabila ada reputasi yang baik.
Biodata Narasumber:
Prof Mursalim Nohong SE MSi CWM
Riwayat Pendidikan:
S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1997)
S2 Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (2001)
S3 Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (2012)
