Di tengah ritme hidup yang cepat dan padat, banyak orang mencari cara untuk menenangkan pikiran serta menata kembali perasaan. Salah satu cara yang mulai banyak dipilih adalah menuangkan isi hati, pikiran, dan ide ke dalam media tulis atau visual yang lebih akrab dikenal dengan sebutan journaling.
Bagi sebagian orang, journaling adalah ruang aman untuk merefleksikan diri, tempat mengenali apa yang dirasakan, sekaligus sarana untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Elsa Santiago adalah salah satu yang merasakan manfaat itu.
“Melalui journaling saya belajar untuk mengenal diri saya. Saya jadi memahami apa yang dibutuhkan, dirasakan, dan dipikirkan, supaya ke depannya saya bisa mendapatkan solusi yang baik untuk kehidupan saya,” ujarnya, Selasa (12/08).
Namun, di Makassar, Elsa mendapati belum banyak ruang yang secara khusus menjadi tempat berkumpulnya para pegiat journaling. Ia sempat mencari komunitas yang sesuai minatnya, tetapi meski ada beberapa kelompok serupa di kota lain, Elsa merasa perlu menghadirkan wadah baru di kotanya sendiri.
Terinspirasi dari teman-teman di Jakarta dan Bandung yang telah lebih dulu membuat komunitas journaling, ia pun memberanikan diri memulai sesuatu yang baru. Tahun 2024 menjadi awal berdirinya Komunitas Journaling Makassar. Nama ini dipilih sederhana namun jelas menunjukkan fokus kegiatan dan lokasi sekaligus memudahkan orang mencarinya di media sosial.
Sejak awal, komunitas ini terbuka untuk semua kalangan. Anggotanya datang dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua yang terkadang mengajak keluarga mereka.
“Bahkan, kami punya anggota dari anak-anak, jadi tidak hanya anak muda saja, bahkan bisa juga yang sudah berkeluarga,” jelas Elsa.
Ia ingin menjadikan komunitas ini sebagai wadah bermain bagi siapa saja yang mencintai journaling, scrapbook, atau art journal. Bukan sekadar forum belajar, tetapi tempat di mana setiap orang bisa berkembang bersama, saling mendukung, dan merasa seperti keluarga.
“Namanya juga bermain, jadi (kami) menciptakan suasana agar kamu bisa playful di dalamnya. Meskipun sudah dewasa, kita juga perlu bermain,” tuturnya.
Bentuk journaling yang dilakukan bisa berbeda-beda. Ada yang lebih suka menulis panjang, ada yang menempel gambar, ada pula yang fokus pada lettering artistik. Tidak ada batasan atau aturan baku, semua gaya dipersilakan.
Kegiatan rutin komunitas ini biasanya berlangsung sebulan sekali dengan lokasi yang bervariasi. Kadang mereka bertemu di coffee shop dari pagi hingga siang, kadang memilih tempat terbuka seperti Danau Unhas untuk piknik sambil berkreasi.
Lalu, waktu pelaksanaannya pun fleksibel. Bisa di awal, pertengahan, atau akhir bulan, namun pertemuan tatap muka tetap diutamakan agar anggota bisa benar-benar terhubung. Dalam setiap pertemuan, Elsa berusaha menciptakan suasana ramah, mulai dari menyapa anggota yang baru datang hingga memberi kesempatan mereka membagikan hasil karya di akhir sesi.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah mengenalkan journaling kepada orang yang masih awam atau hanya penasaran. Namun ia tak keberatan, karena setiap penjelasan bisa membuka kesempatan bagi orang lain untuk mencoba. Baginya, journaling adalah salah satu bentuk “treatment” untuk menjaga kesehatan mental, sama seperti yoga, membaca, atau bersepeda.
Dampak positifnya sudah ia rasakan sendiri. Saat menghadapi quarter life crisis, journaling menjadi teman yang membantu Elsa menata ulang hidupnya. Ia menulis, menggambar, dan menempel gambar-gambar yang mencerminkan isi hati, lalu merasakan manfaatnya secara nyata. Menurutnya, banyak anggota yang juga merasakan hal serupa.
Selama setahun perjalanannya, Komunitas Journaling Makassar telah menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari komunitas lokal, hingga beberapa coffee shop dan toko buku. Kolaborasi ini biasanya dilakukan ketika kegiatan bersinggungan dengan literasi dan crafting, memperluas jaringan, dan memperkenalkan journaling kepada lebih banyak orang.
Ke depannya, Elsa berharap komunitas ini tetap panjang umur, menjadi berkat bagi orang lain, dan terus menjadi arena bermain yang menyenangkan. Ia mengajak siapapun untuk mencoba journaling tanpa takut tidak cocok.
Menurutnya, tak ada salahnya mencoba berbagai cara untuk merawat diri, dan journaling hanyalah salah satunya. Yang terpenting, setiap orang memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menemukan metode yang paling tepat.
“Jangan pernah ragu untuk mencoba hal-hal baru, dan semoga journaling menjadi salah satu teman baikmu juga,” pesannya.
Azzahra Dzahabiyyah Asyila Rahma
