Prof Dr Ir Andi Mappadjantji Amien Situru CEng adalah seorang Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas. Lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas, ia menghabiskan waktunya di Kota Kembang, tempat dirinya mengenyam pendidikan S-1. Ketertarikan pada alam, membuatnya bergabung di organisasi pencinta alam yang ada di kampus kala itu. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai olahraga renang dan catur. Hal ini terbukti ketika dirinya sempat mengambil peran sebagai Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Sulawesi Selatan pada 2000-an.
Andi Mappadjantji mengenyam pendidikan sarjana di jurusan Fisika Teknik, Institut Teknologi Bandung dan lulus pada 1977. Studi magister dilanjutkannya di Cambridge University, lalu mengajar di Unhas selama beberapa saat. Gelar doktoralnya diselesaikan pada 1983 di University of Perpignan, Prancis.
Anchi, sapaan akrabnya, pernah menyandang jabatan sebagai mantan Pembantu Rektor IV pada masa bakti Prof Dr Ir Radi A Gani, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Riset Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, ia adalah salah seorang yang memprakarsai berdirinya Global Development Learning Networking (GDLN) Unhas yang bertempat di Kantor Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM).
Di bidang akademisi, Anchi pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Fisika Dasar FMIPA Unhas pada 1978-1979 dan Kepala Jurusan Departemen Fisika periode 1984-1985. Kontribusinya terhadap Unhas tak berhenti sampai di situ, dirinya juga tercatat sebagai inisiator sebuah kelompok pemikir dan perkumpulan peneliti untuk perkembangan Unhas bernama THINK TANK.
Sebelum masa reformasi, Anchi aktif dan banyak mengambil peran di bidang politik. Pria kelahiran Makassar, 28 Oktober 1953 ini pernah menjadi salah satu Konsultan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Ia juga bergabung bersama salah satu partai politik hingga tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI).
Anchi dikenal sebagai seseorang yang tekun dan sangat memperhatikan penampilan. Menurut istrinya, Shanty Djaelani, sikap tegas juga melekat pada dirinya. Meski tegas, Anchi adalah tipe orang yang tidak suka memaksakan kehendak.
“Jadi kalau ke anak-anak dia bilang, silahkan ikuti apa yang kamu suka, dari pada dipaksa,” tuturnya saat diwawancara di kediamannya, Kamis (1/6).
Selain itu, Shanty mengungkapkan, Anchi sangat suka membaca. Suatu ketika, saat Anchi pulang dari luar negeri, isi kopernya justru dipenuhi tumpukan buku, bukan oleh-oleh lainnya.
“Dia itu sangat suka membaca, jadi dulu kalau ada terbitan Kompas, dia pasti akan cari di Gramedia,” kenangnya.
Karena kecintaan terhadap dunia literasi, ia juga menulis tiga buku yang berjudul Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru (2005), Belajar Merajut Realitas (2005), dan bukunya yang tak sempat ia selesaikan, Kupu-kupu dari Avila.
Andi Mappadjantji diketahui telah menderita stroke cukup lama. Tepat pada bulan Ramadan, 22 Juni 2015, ia menghembuskan nafas terakhir di pangkuan sang istri. Meski raganya tak lagi ditemui sivitas akademika di Kampus Merah, namun dengan banyaknya kontribusi yang telah disumbangsihkannya selama hidup menjadikan ia terkenang sebagai sosok yang menginspirasi dan dijadikan panutan.
Nabila Rifqah Awaluddin