Gerakan Unhas Mengaji dan Shalat Berjamaah (GUMSB) diadakan setiap hari Rabu di Masjid Kampus Unhas, lalu bagaimana pengaruh gerakan tersebut dalam mengasah minat baca al-qur’an mahasiswa Unhas?. Mari menyimak hasil penelitian berikut.
Sebuah tim yang mengikuti Program Kegiatan Mahasiswa (PKM) mencoba meneliti keefektifan Gerakan Unhas Mengaji dan Shalat Berjamaah dalam mengasah minat baca Al-qur’an mahasiswa Unhas. Tim yang terdiri dari tiga orang anggota ini berasal dari Jurusan Statistik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Mereka adalah Suci Barlian Sari, Nurhardianti Mukhtar, dan Iis Cendrah Kasih.
Berangkat dari sebuah tanya “Apakah GUMSB ini sebenarnya mempengaruhi minat baca alqur’an mahasiswa Unhas atau tidak?”, mereka akhirnya mencoba mencari tahu. Sempat kebingungan saat mencari analisis yang cocok dalam penelitian ini, hingga akhirnya ketua tim, Suci Barlian Sari memutuskan untuk menganalsis dengan menggunakan model regresi logistic. Ia terinspirasi dari sebuah penelitian yang pernah dilakukan seniornya. Penelitian itu juga menggunakan model regresi logistic, hanya saja ia meneliti tentang Perbandingan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2016.
“Jadi, yang ingin diketahui adalah bagaimana hubungan antara variabel respon dengan variabel respondennya. Kan ciri2 dari regresi logistic itu variabel responnya berkategori sukses atau gagal. Kemudian variabel independennya bisa lebih dari satu variabel, sehingga saya pikir lebih bagus kalau kita gunakan model regresi logistic saja,” kata Suci, ketua tim saat diwawancarai reporter identitas.
Dari hasil perhitungan menggunakan regresi logistic, tim PKM Penelitian Sosial Humaniora ini mendapatkan hasil bahwa gerakan tersebut ternyata mempengaruhi minat baca Al-qur’an mahasiswa Unhas. Suci mengatakan bahwa gerakan tersebut memicu semangat belajar membaca al-qur’an mahasiswa Unhas.
“Kami ambil 70 responden dari mahasiswa Unhas yang ikut GUMSB dengan menggunakan kuisioner, ternyata setelah dianalisis dengan regresi logistic, didapatkan hasil 3,418 kali meningkat dibandingkan mahasiswa yang jarang ikut GUMSB,” katanya.
Sebelumnya, penelitian ini hanya diniatkan sebagai syiar dakwah bahwa setiap perguruan tinggi penting untuk melakukan gerakan mengaji dan shalat seperti yang dilakukan Unhas, guna mengurangi kegiatan kriminal di kampus.
“Namun, karena PKM membutuhkan ide yang gila, dan kami juga melihat kondisi mahasiswa, sehingga kami membuat proposal PKM, dan akhirnya lolos sampai ke PIMNAS,” jelas Suci.
Suka duka saat meneliti pun diceritakan Suci. Selain berbagi tugas dengan menyebar kuisioner, menulis proposal, dan mengolah data, mereka juga rela tak pulang kampung saat libur semester demi mengerjakan penelitian ini. Bahkan harus pulang-pergi antara tempat KKN dan kampus jika ada pertemuan. Namun Suci merasa semuanya terasa dimudahkan Allah, seperti saat mereka belum memiliki persiapan untuk presentasi, jadwal presentasi ternyata diundur.
“Saat itu kami belum terlalu siap. Padahal sudah ada pengumuman presentasi hari selasa. Atas bantuan Allah, jadwalnya diundur ke hari Rabu. Jadi kita mati-matian latihan malamnya, dan Alhamdulillah presentasi besoknya akhirnya lancar. Masya Allah,” katanya sembari memuji Allah.
Tak hanya itu, saat selesai mempresentasikan hasil penelitiannya, salah seorang dari pendamping PKM yang tidak dikenalnya, bahkan menangis terharu melihat timnya memaparkan hasil penelitian.
“Bapak itu bilang, kalau ia terharu dan kagum pada tim kami. Bahkan sang juri pun memuji cara kami mempresentasikan. Masya Allah,” katanya lagi.
Ia berharap, Penelitiannya ini dapat membangun kesadaran perguruan tinggi untuk melakukan gerakan mengaji dan shalat berjamaah, bukan hanya di Sulawesi Selatan saja, tetapi juga di seluruh Indonesia. Ia juga berharap bisa mengharumkan nama Unhas pada ajang PIMNAS nanti. “Kami berharap dapat meraih medali emas untuk Unhas,” katanya.
Dari segala kemudahan yang didapatkannya dalam pembuatan PKM ini, Suci mengatakan bahwa semuanya tak lepas dari usaha dan do’a orang tua, serta para kerabatnya.
Ayu Lestari