Juli lalu masyarakat dihebohkan dengan wabah antraks yang terjadi di Gunungkidul. Kejadian ini bermula saat masyarakat setempat usai mengonsumsi daging sapi mati yang berujung pada kematian. Atas peristiwa tersebut, kasus ini pun ditetapkan sebagai kejadian luar biasa.
Antraks (anthrax) sendiri merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia. Penyakit ini bersifat zoonosis, artinya antraks dapat menular dari hewan ke manusia. Namun demikian, masih banyak masyarakat khususnya peternak yang belum mengetahui mitigasi wabah antraks yang penularannya terbilang cepat.
Lantas mengapa penyakit antraks dapat menginfeksi manusia dan apakah penyakit ini dapat disembuhkan? Simak wawancara langsung reporter PK identitas Unhas, Muhammad Nur Ilham bersama Dosen Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, drh Andi Magfira Satya Apada DVM MSc, Jumat (28/07).
Bagaimana sebenarnya penyakit antraks ini?
Antraks adalah penyakit yang menyerang hewan ternak dan itu disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Celakanya, selain menyerang hewan juga bisa menular ke manusia (zoonosis). Jika ada hewan yang terkena, kemudian ada manusia yang berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi antraks, itu dapat menular. Penularannya terjadi entah karena interaksi (kontak langsung) atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terinfeksi.
Antraks memiliki spora yang saat terkontaminasi dengan oksigen, spora antraks dapat bertahan di lingkungan sekitar hingga ratusan tahun lamanya. Spora antraks bekerja sebagai faktor satu-satunya untuk bertahan hidup di lingkungan sekitar.
Apakah orang yang terinfeksi antraks akan berujung pada kematian?
Karena sifat penularannya zoonosis, respon tubuh tiap individu terhadap antraks tentu berbeda-beda. Misalnya jika melihat di Yogyakarta, mungkin saja ketika korban yang terinfeksi antraks memiliki respon tubuh yang tidak terlalu bagus untuk melawan bakteri antraks yang masuk ke dalam tubuhnya. Tidak selalu berujung kematian (penyakit antraks), tetapi tidak menutup kemungkinan juga akan berujung dengan kematian.
Bagaimana bentuk penularan penyakit antraks dan apakah penyakit ini dapat mewabah bahkan menjadi endemi dalam suatu daerah?
Penularan pada manusia biasanya ada dua cara. Pertama, infeksi melalui kontak kulit dan kedua melalui pencernaan. Biasanya akan ada luka di kulitnya dan seiring waktu luka itu menghitam dan berukuran besar. Kedua, penyakit antraks dapat menular melalui pencernaan. Coba bayangkan, jika di tangan saja bisa membuat luka seperti tadi, bagaimana kalau antraks menyerang pencernaan manusia?
Jika antraks sudah terlanjur menginfeksi suatu daerah, bakterinya akan bertahan di wilayah itu. Selama masih ada aktivitas dan ada hewan ternak, antraks itu akan tetap ada.
Apa yang harus dilakukan peternak jika hewan ternaknya terinfeksi antraks?
Jika hewan ternak mengalami gejala yang mengarah ke penyakit antraks, peternak tidak dianjurkan untuk mengambil tindakan sendiri. Harus memanggil petugas kesehatan di daerah tersebut untuk dilakukan pemeriksaan terhadap hewan yang dicurigai terinfeksi antraks.
Apabila manusia juga ikut terinfeksi antraks, pihak berwenang sudah memiliki prosedur tetap yang akan diterapkan ketika bertemu dengan pasien antraks. Kita juga menyarankan agar tanahnya (tempat hewan terinfeksi dikubur) disemen agar tidak menginfeksi hewan ternak melalui lingkungan sekitar.
Apakah penyakit antraks ini dapat disembuhkan?
Untuk hewan ternak yang terinfeksi tidak dianjurkan untuk dipelihara kembali seperti biasanya. Sebaiknya dimusnahkan dengan membakarnya kemudian menguburnya dengan memberi kapur terlebih dahulu. Lalu menimbunnya dan tidak digali kembali. Karena yang menjadikan antraks berbahaya ialah sporanya.
Apa harapan anda terkait penanggulangan penyakit antraks di Indonesia?
Memang dibutuhkan kesadaran dari masyarakat melalui edukasi dan juga diiringi dengan kesejahteraan yang tinggi agar masyarakat. Karena jika peternak sudah sejahtera, apapun yang petugas kesehatan instruksikan kepada peternak, saya yakin mereka akan mengikutinya.
Data Diri Narasumber
Nama: drh Andi Magfira Satya Apada DVM MSc
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 7 Agustus 1985
S1: Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
Profesi: Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
S2: Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada