“Komunitas untuk Penyandang Disabilitas”
Umumnya, masyarakat Disabilitas mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Mereka terkadang dihindari dan dikucilkan dalam pergaulan. Bahkan ada yang menganggap mereka tidak berguna. Akibatnya mereka sulit berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sosial.
Melihat kondisi masyarakat disabilitas yang seolah-olah terdiskriminasi dalam kehidupan sosial, Dirga Mahardika mahasiswa Unhas, membentuk sebuah komunitas bagi penyandang disabilitas. Komunitas itu diberi nama KataDia. Komunitas yang bergerak di bidang sosial ini memiliki visi utama mewujudkan masyarakat inklusif, dimana disabilitas dan non disabilitas dapat hidup berdampingan.
Komunitas ini berdiri pada tahun 2015. Kala itu, Dirga Mahardika sebagai Founder menjadi delegasi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam Indonesian Culture and Nasionalism 2015. Ia kemudian membawa proyek sosial KataDia sebagai aksi sosial dan kontribusinya kepada negeri ini.
Komunitas KataDia tidak hanya fokus ke penyandang disabilitas saja. Namun juga fokus pada non difabel atau orang normal. Jadi terdapat hubungan timbal balik di antara keduanya.
“Yang berbeda, kami memiliki misi untuk mewujudkan interaksi antara disabilitas dan non disabilitas, serta pengakuan terhadap mereka,” ucap Dirga Mahardika.
Ia menjelaskan, hal itu tidak bisa bisa diupayakan jika hanya fokus pada disabilitas. Tetapi memang juga harus mengedukasi masyarakat umum. Maka dari itu, komunitas KataDia, banyak bergerak untuk menyadarkan atau mengubah persepsi negatif di masyarakat umum.
Saat ini, anggota yang tergabung dalam Komunitas KataDia berjumlah 124 orang. Di antaranya 17 orang pengurus dan 107 orang relawan. Sistem perekrutannya dibuka dalam dua jalur yakni secara online dan khusus. Jalur online dibuka setiap dua tahun sekali, sedangkan rekrutmen khusus dibuka saat komunitas ini kekurangan penerjemah bahasa isyarat atau enterpreter dan pengajar. Komunitas ini membutuhkan banyak tenaga,sehingga waktu pembukaan jalur khusus tidak ditentukan.
Kegiatan yang telah terlaksana yakni kelas bergerak bagi masyarakat umum. Kelas ini berisi pelajaran tentang cara berinteraksi dan bersosisalisasi bersama penyandang disabilitas. Selain itu, kelas ini juga disandingkan dengan kegiatan sosial. “Kegiatan yang berkolaborasi antara penyandang disabilitas dan masyarakat umum ini dilakukan untuk merespon isu-isu kekinian,” kata Dirga.
“Kegiatan ini berupaya menunjukkan bahwa penyandang disabilitas setara dengan masyarakat lainnya yang juga peduli dan bisa membantu, bukan mereka yg seolah-olah didiskriditkan sebagai kaum yang selalu di bantu, tetapi mereka juga membantu,” Kata Dirga
Lebih lanjut, ia mengatakan, kegiatan sosialnya juga dapat berubah dan disesuaikan dengan isu-isu kekinian. Semisal hari pendidikan, komunitas ini melakukan kampanye mendukung disabilitas memperoleh pendidikan, berpartisipasi dalam MIWF atau Makassar International Writers Festival 2016. Dalam kegiatan itu, mereka membagikan baju muslim untuk anak yatim, melakukan kerja sama dengan Universitas Indonesia mencetak enterpreter terakreditasi di Sulsel, dan juga mengumpulkan kertas bekas untuk beasiswa penyandang disabilitas.
Pada tahun 2016, Komunitas KataDia pernah menerima dana hibah Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Komunitas ini juga sudah memperoleh banyak prestasi seperti mewakili Sulawesi Selatan dalam ajang Indonesian Youth Summit Universitas Gajah Mada 2016, termasuk dalam tiga Proyek sosial terbaik di Indonesia oleh PBB bidang kerelawanan 2017. Dan mewakili proyek sosial Indonesia di ajang Innovation Challenge Asian Impact United Nations/PBB Bidang Kerelawanan di Bangkok Thailand 2017.
Hanya saja, komunitas ini, masih terkendala dana dalam melaksanakan kegiatannya. Biasanya, mereka mendapatkan bantuan dana dari para relawan. Hal itu, karena kegiatan ini bergerak dan didorong keikhlasan tanpa pamrih dan sokongan dana dari pihak tertentu. Namun terkadang juga mendapat dana ketika menang kompetisi. Sebelum mengakhir wawancara, Dhirga juga memberikan inspirasi “Jika kita tahu bagaimana rasanya bahagia, maka mari kita bahagia sama-sama,” Pungkasnya.
Ichan