“Jangan paksakan diri terhadap apa yang bukan passion -mu. Gagal pun ada bagusnya dibanding kita tidak pernah mencoba karena setiap orang itu unik dan setiap orang itu beda,” pesan Prof Sri Rachma Aprilita Bugiwati MSc PhD
Prof Sri Rachma Aprilita Bugiwati MSc PhD, akrab disapa Lita, ditemui di ruangannya, Jum’at (5/4). Berbincang-bincang dengan Lita yang saat ini menjabat Kepala Program Studi S3 Ilmu Peternakan Unhas, mengatakan dulunya ia seorang atlet.
Sepanjang perjalanannya dalam dunia olahraga, Lita sudah dua kali mengikuti ajang Sea Games dan tiga kali Pekan Olahraga Nasional.
“Cabang Senam Artistik PON X dengan medali perak beregu, Cabang Loncat Indah PON XI rangking empat dengan nomor Menara, dilanjutkan dengan cabang Hoki PON XII dengan medali perak,” ujar Lita, Jumat (5/4).
Hal itu tentunya tak lepas dari didikan orang tua Lita kepadanya. Menginjak usia dua tahun, Lita ‘kecil’ hanya bertemu ayahnya di akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu. Bukan tak beralasan, semua itu karena ayahnya harus kerja di Jakarta menjadi seorang Pelatih Tim Nasional Bulutangkis dan mengabdi pada negara. Hal itu dijalaninya hingga ia duduk di bangku perkuliahan. Disinilah, ia baru bisa bercengkrama dengan ayahnya, tentunya sebagai anak yang telah dewasa (mahasiswa).
“Malah saya akrab sekali dengannya (bapak) apalagi bila kami sudah mengobrol,” kata perempuan kelahiran 25 April 1968.
Karakter Lita yang to the point dan ceplas-ceplos turun dari ayahnya, meskipun ayahnya agak sulit diajak bercanda. Selain itu, ia juga mendapatkan banyak wejangan emas dari ayahnya yang masih diingatnya.
“Kalau kamu hari itu punya hati tidak jujur jangan ke luar pagar karena semakin jauh kamu melangkah semakin banyak ketidakjujuranmu diketahui orang lain. Tapi kalau kamu jujur, kamu mau ke luar negeri pun orang akan bantu kamu,” katanya menirukan gaya bicara ayahnya.
Bukan hanya bidang olahraga, lulusan SMP 5 Bandung ini juga tertarik dunia kesenian. Mulai dari juara sebagai Bintang Radio waktu SD, ikut lomba mode show, bahkan ia sempat mengasah lebih lanjut bakat musiknya.
“Saya memang dari kelas 2 SMP sampai dengan kuliah selesai, latihan piano klasik,” tambahnya.
Meskipun banyak kegiatan yang ia ikuti, wanita kelahiran Bandung ini tak membiarkan akademiknya bobrok. Bisa terlihat diterimanya dia pada sekolah ‘unggulan’ di Bandung, SMP 5 Bandung dan SMA 3 Bandung. Sekolah yang di dalamnya siswa-siswi terbaik Bandung..
Lita juga berhasil masuk ke salah satu kampus ternama di Indonesia, Universitas Padjadjaran. Selama kuliah, kata Lita, dia cuma menjadi atlet dan mahasiswa doang sampai rela kuliah cuti satu tahun.
Tamat S1-nya, Lita sempat meminta izin kepada sang ayah untuk berpacaran. Hal itu langsung ditolak oleh ayahnya. “Bapak saya bilang S2 dulu, tidak boleh pacaran, kerja dulu.”
Ucapan ayahnya itu mengantarkan perempuan alumnus Miyazaki University, Jepang, menjadi dosen di Unhas. Kemudian, istri Guru Besar FIKP Unhas, Prof Andi Iqbal Burhanuddin M Fish Sc Ph D, melanjutkan studi ke S2 mengaku, kesuksesannya ini berkat motivasi dari ayahnya.
“Orang tua itu berhasil kalau anaknya lebih hebat daripada orang tuanya, kalau cuma S1 ke S2 jaraknya dekat, apa lagi bapak punya prestasi nasional,” katanya mempraktekkan gaya ayahnya lagi.
Pendiri Fosil dan Pembina Hoki
Guru Besar Peternakan Unhas mendirikan Forum Studi Ilmiah (Fosil). Fosil sebagai berkumpulnya mahasiswa yang mau belajar, mau berubah, dan tak lupa yang tahan akan ceplas-ceplosnya. Organisasi ini diresmikan tahun 2015. Setiap tahun, ada saja mahasiswa bimbingannya yang menang di berbagai perlombaan ataupun lolos kegiatan bergengsi lainnya. Misalnya, didanai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNas), menang lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI), bahkan lomba debat sekali pun.
Ia juga sering berpesan kepada mahasiswa, agar tidak terlalu terlalu mengejar akademik. Lita bilang “saya paling tidak mahasiswa yang hanya belajar saja (di kelas), Buru Rangking (bureng sejati) itu saya tidak suka,” pesannya.
Masa mahasiswa, lanjut Lita, adalah masa bermain. “Gaul kah, pacaran kah, lomba kah, mau menang, mau kalah, rasain semua biar kamu tuh ‘kaya’, jadi pas nanti dewasa enggak main-main lagi karena sudah ngerasain semua,” ujarnya.
Lagi, Lita berharap agar mahasiswa tidak memaksakan apa yang bukan passion-nya, lebih baik gagal dibanding kita tidak pernah mencoba. “Kadang mahasiswa tidak tahu apa yang mereka sukai. Setiap orang itu unik dan setiap orang itu beda,” harapnya.
Dari segudang cerita emas hidupnya, pembina UKM Hoki Unhas ini juga menuturkan bahwa dengan berbagai pencapaiannya itu, kedepannya ia hanya ingin berbagi kisah dan cerita dengan mahasiswanya, mulai dari cerita hidupnya, pengalamannya, serta pengetahuaan yang ia miliki.
Reporter : Hafis Dwi Fernando