“Bersama, Membersamai, Kebersamaan” – Paguyuban Desain Grafis Makassar (Pandigram).
Belakangan ini, desain grafis menjadi suatu hal yang menarik bagi masyarakat. Tak hanya menjadi sebuah skill saja, desain grafis ini juga merupakan salah satu keilmuan yang dikaji dalam lingkup akademik.
Kini telah banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang memasukkan desain grafis sebagai salah satu keilmuan di instansi mereka, tak terkecuali di Makassar.
Tidak hanya merambah ke lingkup akademik saja, desain grafis juga semakin meluas dengan terbentuknya banyak komunitas, salah satunya Paguyuban Desain Grafis Makassar atau yang sering dikenal dengan Pandigram.
Berdiri sejak 23 Februari 2023, paguyuban ini hadir sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap desain grafis yang ada di Makassar.
Founder Pandigram, Akhmad Taufik, mengatakan sebelum terbentuknya perkumpulan ini, ia bersama teman-temannya banyak terlibat di berbagai aktivitas desain grafis di Makassar. Namun, belum ada semacam tempat bagi mereka untuk bertukar pikiran, berekspresi, bereksperimen, dan berdiskusi lebih dalam terkait desain grafis.
“Sebenarnya wadah-wadah seperti itu kurang karena semakin ke sini kita memahami desain grafis itu sebagai keilmuan yang independen dan komprehensif,” ujarnya.
Masyarakat awam masih menganggap desain grafis itu hanya berada di depan laptop dan menggunakan aplikasi-aplikasi sebagai tools-nya. Pandangan tersebutlah yang juga menjadi respons atas berdirinya Pandigram, yaitu sebagai wadah bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih dalam tentang desain grafis itu sendiri.
Diksi paguyuban, sebagai nama dari komunitas ini, dapat merepresentasikan sesuatu yang setara, artinya tidak ada yang di atas ataupun yang di bawah.
“Kegiatan-kegiatan guyub ini kan juga kerap kali diidentikkan dengan masyarakat gotong royong dan kayak suatu kondisi masyarakat yang benar-benar dalam kondisi guyub, kondisi yang ideal sesuai karakteristik dengan masyarakat Indonesia,” ucap Direktur Kreatif Afilabs Studio tersebut.
Sama halnya dengan slogan “Bersama, Membersamai, Kebersamaan” yang diusung sebagai moto Pandigram. Meskipun berasal dari kata dasar yang serupa, ketiga kata yang terlintas secara impromptu itu memiliki makna yang berbeda-beda.
“Bersama ini artinya kita itu kolektif, membersamai artinya bagaimana kita membersamai itu, bagaimana kita turut berdampak dalam upaya-upaya yang kita lakukan, sedangkan kebersamaan artinya bersifat holistik yang ingin dicapai,” ujarnya.
Sejak berdiri tepatnya satu tahun yang lalu, Pandigram sudah memiliki visi sebagai landasan mereka. Visi tersebut adalah menjadi wadah yang secara kolektif dapat menjadikan desainer grafis, dengan kompetensi pemikiran dan tindakan, yang mengedepankan nilai spiritualitas dan kemanusiaan, serta mampu mengemban peran sebagai desainer secara holistik untuk turut berkontribusi pada laju peradaban.
Sejauh ini, Pandigram telah melaksanakan berbagai kegiatan diskusi yang dirangkaikan ke dalam lima edisi. Masing-masing edisi ini menghadirkan pembicara dari latar belakang yang berbeda-beda.
Edisi pertama, Pandigram mengundang pembicara dari Etnica Design Studio, sebuah agensi desain di makassar, Rahmat Zulfikar yang juga merupakan dosen jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Ciputra. Edisi pertama mengangkat tentang “Fundamental Desain Grafis: Amalgamasi Akademik Industri dan Sosial Budaya” dengan tujuan untuk memahami hubungan desain fundamental desain grafis dengan industri, sosial budaya, dan akademik.
Tidak hanya mengadakan kegiatan diskusi saja, Pandigram juga telah mengadakan review portofolio yang bertujuan untuk memperkenalkan dan memberikan gambaran terkait pekerjaan-pekerjaan dari desain grafis.
Selama berjalan kurang lebih setahun, tentunya ada saja tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Pandigram. Sebagai organisasi non profit, kekurangan sumber daya menjadi satu-satunya tantangan bagi Pandigram.
Namun, hal tersebut tentu tidak menjadi penghalang besar bagi Pandigram untuk mencapai tujuannya. Sejauh ini, Pandiram semakin melebarkan sayapnya dengan menjalin banyak kerja sama, salah satunya bersama komunitas Teman Jalan.
Kerja sama ini merupakan lanjutan dari edisi ketiga, yaitu “Tersesat di Tata Kota”.
“Kegiatan ini berbicara tentang tata kota yang ada di Kota Makassar maupun secara umum sehingga melalui kerja sama ini anggota dari Pandigram dapat melihat kota secara menyeluruh,” pungkasnya.
Kerja sama ini juga diwujudkan dalam bentuk majalah mini yang saat ini sedang diproses. Dalam waktu dekat ini, Pandigram akan bekerja sama dengan Pallaka Movement untuk menggalakan Pallaka Movement part 2.
Jum Nabillah