“Menjadi guru besar bukanlah suatu penghalang untuk terus menghasilkan karya, sebab menulis merupakan kemampuan yang harus terus diasah.”
Begitulah sepenggal kata yang diucapkan Guru Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Ir Sakti Adji Adisasmita MSi MEngSc PhD IPM, dalam wawancaranya, Jumat (17/3).
Di tengah kesibukannya sebagai seorang dosen yang dituntut untuk mengerjakan berbagai tugas dari kampus, melakukan kajian dan penelitian, ditambah beban dosen lainnya, ia sama sekali tak pernah menganggap hal-hal tersebut sebagai hambatan dalam prosesnya menghasilkan beragam karya tulisan.
Kegemarannya dalam menulis itulah yang mengantarkannya menjadi Guru Besar bidang Airport Engineering, Prof Sakti tertarik terhadap transportasi dan bandar udara ini berangkat dari melihat kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, untuk menghubungkan satu wilayah ke wilayah lain, diperlukan transportasi dan bandar udara.
Setelah meraih gelar profesor pada 2011 lalu, Prof Sakti berkeinginan mencapai nilai yang lebih tinggi untuk jabatan fungsionalnya, dengan cara menghasilkan karya. Sebab itulah, Prof Sakti menjadi lebih giat menulis. Ia terus melakukan riset terkait isu terkini mengenai transportasi dan bandar udara, serta berambisi untuk menghasilkan buku berskala nasional.
Berangkat dari kemauannya itu, setiap hari Prof Sakti selalu menyempatkan waktu untuk menulis. 30 menit di pagi hari, dan 30 menit di malam hari sebelum tidur digunakannya. Kerap kali, ketika mengantar istri dan anak ke pusat perbelanjaan, ia lebih memilih menunggu di luar seraya melanjutkan catatannya.
Dalam menulis, Lulusan Newcastle Australia itu mengaku tak pernah menghabiskan waktu berjam-jam, cukup dengan mencuri sedikit waktu luang setiap hari untuk rutin menulis. Pada akhirnya, itulah yang mengantarkannya meraih penghargaan bergengsi Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) kategori Penulis Buku Teknik Transportasi dan Bandar Udara Terbanyak, pada 24 Februari 2023 lalu.
Tak berhenti disitu, pada 2023 ini Prof Sakti akan kembali menerbitkan buku-buku terbarunya yang mengusung jawaban kebijakan di sektor transportasi udara, di sektor pelabuhan, dan mengenai bagaimana pengembangan sub sektor transportasi laut dalam mengoptimalisasikan tol laut dan jembatan udara.
Selama menghasilkan karya, Prof Sakti telah terlibat dalam penelitian bersama Kementerian Perhubungan, Litbang Perhubungan, serta Dinas-Dinas Perhubungan. Hampir di tiap tahunnya pula ia mengikuti konferensi internasional transportasi dan bandar udara di mancanegara, seperti Taiwan, Abu Dhabi, Australia, Italia, dan Portugal.
Saat ditanya adakah karya yang paling berkesan, ia menjawab semua karyanya memiliki kesan yang sama. Semua aspek yang ditulisnya tidak pernah berdiri sendiri, sebab keilmuan menurutnya harus berkolaborasi dan bersinergi.
Rentetan penghargaan dan karyanya itu tidak membuatnya puas. Prof sakti mengaku ingin terus berkarya, meningkatkan mutunya dalam mengajar, meneliti, menulis buku dan jurnal. Disamping itu, ia juga bertekad untuk sebisa mungkin meningkatkan kualitas dirinya dalam hal pengetahuan agama.
Segala yang telah diraihnya hingga hari ini tak terlepas dari dukungan keluarga, orang tua, mertua, anak, utamanya sang istri yang tak henti memberi dorongan, semangat, serta saran. Bahkan, ia merasa istrinyalah yang pantas meraih rekor MURI, dan gelar guru besar.
Di akhir wawancaranya, Prof Sakti berpesan untuk mahasiswa mempersiapkan masa depan dimulai dari semester satu dengan rutin belajar setiap hari. “Mahasiswa-mahasiswi harus mempunyai target untuk lulus dengan baik, agar bisa berkiprah dan bekerja tak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat nasional, maupun internasional,” pesannya.