Awal tahun 2020 dibuka dengan peristiwa yang menghebokan dunia. Sebuah wabah virus yang diduga berasal dari Wuhan, Cina menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat. Virus Corona ini bahkan menimbulkan ketakutan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Wabah Virus Corona atau dalam istilah medis disebut COVID-19, menjadi trending topic selama beberapa bulan terakhir di negeri ini. Namun karena banyaknya pemberitaan tentang wabah tersebut, masyarakat Indonesia dibuat panik.
Berdasarkan data yang diunggah oleh John Hopkins University, hingga Rabu, 26 Februari 2020, jumlah pasien yang positif terinfeksi COVID-19 telah mencapai 80.994 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.760 orang telah meninggal dunia. Setiap negara telah menyiapkan upaya pencegahan dan pengamanan dari wabah ini. Untuk mengetahui lebih lanjut menggenai COVID-19, Reporter PK identitas, Finsensius T. Sesa melakukan wawancara dengan dr Irawaty Djaharuddin Sp P (K) di Infection Center, RSUP Wahidin Sudirohusodo, Kamis(13/02).
Bagaimana tanggapan Anda tentang wabah Virus Corona yang sedang hangat diperbincangkan saat ini?
Dalam dunia medis, wabah ini dikategorikan Emerging Disease. Di mana status Corona telah masuk pantauan Public Health Emerging of International Concern (PHEIC) oleh World Health Organization (WHO). Jika dilihat dari sejarahnya, virus ini sebenarnya hanya menular dari hewan ke hewan atau kadang dari hewan ke manusia. Sering berjalannya waktu, virus tersebut mampu bermutasi dan menularkan dari manusia ke manusia. Corona ini mempunyai beberapa keluarga, kalau tidak salah ada 6 famili Corona yang sudah dikenal.
Bagaimana gejala dan pola penularan Virus Corona?
Penyebarannya melalui droplet. Droplet adalah butiran berukuran sangat kecil yang keluar pada saat kita bersin atau batuk tanpa memakai masker. Contohnya, ketika saya bersin dan tidak memakai masker maka seseorang yang berada di depan saya akan menghirup droplet tadi. Selain itu, ada juga kondisi lain ketika seseorang bersin lalu menutup mulut dengan telapak tangan lalu mengusap ke badan, otomatis akan terhirup kembali.
Gejalanya sendiri ada beberapa, tergantung dari tingkatannya. Kalau gejala ringan seperti demam, pilek, sakit tenggorokan dan batuk, mirip dengan gejala flu. Beberapa orang juga bisa menderita lebih parah daripada itu. Apalagi jika usia lanjut, sangat rentan terhadap Corona ini.
Seperti yang disebutkan tadi, terinfeksi Corona mirip dengan gejala flu biasa. Bagaimana cara membedakannya?
Dalam dunia medis kita punya tingkatan, kapan dikatakan positif Corona atau tidak. Itu ditentukan dari kondisi dan gejalanya. Tetapi karena Corona ini baru dan berasal dari luar, kita harus mengetahui riwayat perjalanan seseorang. Misalnya, riwayat perjalannya dari Cina dan ada kontak langsung dengan penderita Corona.
Sama halnya dengan seseorang, walaupun tidak ada riwayat perjalanan ke Cina, tetapi ada kontak langsung dengan penderita maka patut diwaspadai. Cara mengetahuinya yaitu lewat pemeriksaan. Pusat pemeriksaannya sekarang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) di Jakarta. Sampai hari ini sudah ada lebih dari 70 sampel yang dites, namun belum ada yang positif.
Menurut Anda, seberapa besar peluang Corona masuk ke Indonesia?
Peluang tetap ada karena adanya mobilisasi penduduk dari luar ke dalam dan migrasi yang cepat. Jadi, dengan kontak orang-orang dari luar ke dalam khususnya dari negara Cina bisa saja menimbulkan penularan. Menurut saya, peluang tetap ada dan tidak dapat dikatakan bahwa Indonesia kebal Corona.
Sejauh ini apakah sudah ada Vaksin untuk menyembuhkan seseorang dari infeksi Corona?
Terus terang, obat sampai saat ini belum ada. Walaupun Cina telah melakukan percobaan untuk membuat sebuah vaksin, tetapi belum dapat dipublis. Saat ini kita hanya mengobati penyakit pemberatnya, selain Corona. Misalnya, pasien Corona juga mengalami diabetes, maka kita obati penyakit diabetesnya. Ketika dia (red: pasien) ada demam, kita berikan obat demam, istilahnya untuk mengurangi penyakit pemberatnya.
Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dan menyikapi virus Corona?
Pertama adalah jangan panik. Ini merupakan isu internasional, kita harus mencari berita dari sumber terpercaya. Kemudian mulai dari diri sendiri, kita harus membiasakan untuk lebih sering cuci tangan setelah melakukan sebuah aktivitas. Cuci tanganlah dengan air mengalir dan sabun. Setelah membiasakan cuci tangan, maka gunakanlah masker. Kebanyakan orang Indonesia kadang malu menggunakan masker saat flu, karena takut dikatakan TBC. Selanjutnya yaitu edukasi batuk atau bersin yang betul. Jadi kalau kita batuk atau bersin, tutup mengunakan punggung tangan.
Apa harapan Anda tentang mewabahnya virus Corona?
Wabah Corona ini ada plus minusnya. Sekarang masyarakat lebih peduli akan kesehatan, terbukti dengan masyarakat lebih haus informasi. Jadi kami sebagai orang-orang medis harus mengambil peluang ini untuk mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat. Mudah-mudahan virus ini tidak ada yang masuk ke Indonesia. Semoga dengan pola hidup sehat yang kita terapkan, insyallah infeksi virus Corona tidak terjadi.
Narasumber:
Nama: Dr.dr.Irawaty Djaharuddin SpP(K)
Tempat/tanggal lahir: Ujung Pnadang, 17 Juni 1972
Instansi:
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK Unhas
Riwayat Pendidikan:
Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,1997
Dokter Spesialis Paru, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,2006
Doctor Bidang Ilmu Kedokteran Unhas,2012
Konsultan Pulmonologi Bidang Infeksi,2013
Penelitian: What is New in Lower Respiratory Tract Infection: Focus on Bacterial Infection,2019