Awal perjalanan tahun 2021 di Indonesia penuh duka. Mengingat hal tersebut sebagai bentuk muhasabah, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sosial Humaniora (Soshum) Unhas menggelar Bincang Kesatuan. Kegiatan tersebut bertemakan “Makna di Balik Musibah: Dari SJ182 hingga Gempa Sulawesi Barat” melalui live Instagram @kammisoshumunhas, Sabtu (16/01).
Dipandu oleh Sofyan Lili, Bincang Kesatuan kali ketiga ini menghadirkan Muballigh Ma’had Al-Biir Makassar, Agung Wahyudi T. Pada kesempatannya, Agung menyampaikan bahwa realitas menunjukkan kehidupan ini tidak statis.
“Akan ada ujian kehidupan dari Allah. Hal ini dipertegas dalam firman Allah Qur’an Surah Al-Mulk ayat 2 yang bermakna, sebagai pencipta kehidupan dan kematian, Allah menguji hamba-hambaNya untuk melihat siapa yang terbaik amalannya,” terangnya.
Ia menambahkan, kehidupan adalah ujian dari Allah. Salah satu bentuk ujiannya adalah musibah yang menimpa. “Dari ujian tersebut, akan dilihat apakah kita mampu berserah diri sepenuhnya kepada Allah atau justru kufur, bahkan mengingkari Allah,” jelas Agung.
Kemudian, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) ini menerangkan dua jenis ujian, diantaranya ujian dalam konotasi buruk (musibah) dan ujian dalam konotasi baik (nikmat). “Musibah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni musibah sebagai azab, sebagai peringatan, atau musibah untuk Allah mengampuni dosa dan meninggikan derajat hamba-Nya yang beriman dan bertakwa,” papar Agung.
Salah satu pengurus KAMMI Makassar ini juga mengatakan, “Menurut Ustadz Abdul Somad, tidak ada standar khusus dalam mengklasifikasikan jenis musibah yang menimpa, namun kita dapat mengidentifikasi adalah objek dari musibah tersebut. Jika mereka merupakan orang-orang kafir, kemungkinan besar itu adalah azab,” tegasnya.
Agung juga mengutarakan , melihat kondisi di Indonesia saat ini, baiknya umat muslim berbaik sangka jika itulah peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Pada akhir kesempatan, Sofyan turut menyampaikan, konsep awal yang perlu umat muslim bangun adalah memperbaiki cara pandang terhadap musibah.
“Kita harus memperbaiki cara pandang kita terhadap musibah, yakni memandang musibah sebagai ujian. Segala sesuatu di dunia, termasuk diri kita sendiri merupakan milik Allah. Jadi, janganlah kita merasa terlalu pilu atas kehilangan yang kita rasakan,” ucapnya.
M222
BACA JUGA: HIMPRA FIB Unhas Galang Donasi bagi Korban Terdampak Gempa Sulbar