Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Britsh Council, menggelar kegiatan bincang-bincang di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Rabu (27/11). Kegiatan ini adalah salah satu rangkaian Festival Wallacea Week 2019 yang mengangkat tema “ Merawat Wallacea, Merawat Indonesia”.
Adapun keynote speaker dalam kegiatan ini, Founder and Chairperson Javara (Helianti Hilman), CEO dan Founder Torajamelo (Dinny Jusuf), Tenaga Ahli Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Anneke Prasyati), Wildlife Conservation Society (Sheherazade), National Geographic Fellow (Rudi Putra), Dosen IPB, Sekjen ALMI (Dr Berry Juliandi), dan Sutradara dan Penulis Skenario (Riri Riza).
Turut hadir Pendiri Komunitas Lakoat Kujawas (Dicky Senda), Jurnalis Kompas, Ekspedisi Wallacea (Aris Prasetyo), Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas (Prof Jamaluddin Jompa), Direktur Jenderal Kebudayaan dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Dr Hilmar Farid), serta Deputi Penelitian Fundamental Eijkman Institute (Prof Herawati Sudoyo).
Wallacea Week 2019 adalah hasil karya kolaboratif antara Indonesia dan Inggris untuk merayakan warisan bersama dalam sains. Kegiatan ini menceritakan karya Alfred Russel Wallace dengan tujuan menginspirasi masyarakat agar mau belajar, melestarikan, dan merayakan keragaman Wallacea di Indonesia.
Dalam pemaparannya, Hilmar Farid mengemukakan bahwa Wallacea masuk sebagai gelombang kedua ilmuwan yang tertarik pada sains dan merupakan kolektor unggul.
“Wallace memang sosok yang penting. Ia adalah seorang kolektor unggul, ia berhasil mengumpulkan sekitar 125.660 spesimen sejarah alam, kemudian memberi nama 307 di antaranya,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas, Prof Jamaluddin Jompa membandingkan tekhnologi zaman milenial sekarang dengan teknologi pada zaman Wallace. Dengan tekhnologi yang sangat terbatas, Wallace bisa menemukan garis yang memisahkan Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian Timur.
“Generasi milenial saat ini dengan begitu manja, mau ke rumah saja harus cek maps dulu apakah macet atau tidak. Bagaimana dengan Wallace dulu, ketika Wallace menemukan titik ini, belum ada google maps. Teknologi saat itu masih sangat terbatas. Kok bisa yah menemukan Wallacea line,” tuturnya.
Prof JJ, sapaannya juga menambahkan bahwa alasan memperingati Wallacea karena ia mempunyai budaya ilmiah yang unggul. Salah satu ciri budaya ilmiah yang unggul adalah berpikir kritis, berpikir keras dan cerdas.
”Kita tidak mungkin merayakan Wallacea jika beliau tidak mempunyai budaya ilmiah yang unggul. Salah satu ciri budaya ilmiah yang ungggul adalah berpikir kritis, keras dan cerdas,” tutupnya.
M18