Pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi dituntut menyiapkan lulusan yang mampu menghadapi tantangan yang terus berubah. Bertalian dengan itu, kurikulum sebagai ujung tombak pendidikan pun perlu melakukan penyelarasan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan lulusan.
Dalam konteks pendidikan tinggi, kurikulum Universitas Hasanuddin telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari Kurikulum Inti Pendidikan tinggi, Berbasis Kompetensi (KBK), hingga kurikulum berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Penyelarasan kurikulum di perguruan tinggi merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, Unhas pada November 2022 kembali melakukan reorientasi kurikulum bernama K23 (Kurikulum 2023). Kurikulum ini hadir setelah melihat hasil tracer study dan kebijakan pemerintah terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pada data tracer study, ditemukan hanya sebagian kecil lulusan Unhas yang diserap perusahaan nasional dan internasional yang berakibat menurunnya performa Unhas dalam meningkatkan reputasi.
Sementara mengenai MBKM, didapatkan masih banyak mahasiswa yang terkendala dalam penyetaraan mata kuliah. Padahal, program yang dicanangkan pemerintah pada hakikatnya bertujuan mendorong mahasiswa memiliki pengalaman belajar di luar kampus.
Direktur Pendidikan Unhas, Dr Risma Illa Maulany, mengatakan penyelarasan kurikulum salah satunya berangkat dari banyaknya mahasiswa yang memiliki prestasi di luar namun tidak terakomodir saat di kampus. Tak jarang, masa studi mereka menjadi lebih panjang meski aktivitas tersebut memperkaya keterampilannya.
“Makanya, kita ingin memformalkan bentuk seperti itu supaya mahasiswa juga mendapatkan keuntungan waktu dari pembelajaran di luar kampus. Itu yang kita channeling dan sebenarnya menjadi alasan inti kenapa kita ingin berubah ke Kurikulum 2023,” ujar Risma, Selasa (30/05).
Struktur Kurikulum 2023 dibagi menjadi dua macam, yakni kurikulum kesehatan dan non kesehatan. Pembagian kurikulum didasarkan pada porsi Satuan Kredit Semester (SKS) yang berbeda, khususnya di kedokteran yang membutuhkan SKS yang cukup besar. Jika jumlah SKS kurikulum non kesehatan minimal 144 maka kurikulum kesehatan membutuhkan minimum 155 SKS.
Pada semester awal Kurikulum 2023, terdapat empat Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) yang berasal dari kementerian dan dua dari universitas. Selanjutnya, pada semester dua hingga lima menggunakan Mata Kuliah Kompetensi Program Studi (MKKPS) dengan bobot SKS 112.
Kurikulum 2023 menjadi menarik saat memasuki semester enam hingga tujuh dengan adanya Mata Kuliah Penguatan Kompetensi (MKPK). Pelaksanaan mata kuliah ini bersifat non tatap muka agar mahasiswa mendapatkan janji kompetensi yang disebutkan dalam profil lulusan. Adapun MKPK memuat 20 SKS untuk prodi non kesehatan dan 10 SKS untuk prodi kesehatan.
“Mata kuliah ini menganut kurikulum mayor minor karena ada kompetensi yang memang kita ingin bentuk dari kurikulum mayor, tapi dari kurikulum minor ini kita bisa membuat tambahan penguatan untuk kompetensi yang kita peroleh,” imbuh Risma.
MKPK pada dasarnya bersifat non akademik. Artinya, kegiatan mahasiswa di luar kampus, seperti organisasi atau lomba dapat dilaporkan melalui sistem untuk dikonversi menjadi SKS di Neosia.
Sistem tersebut akan mencatat jumlah jam aktivitas mahasiswa, bobot kegiatan, hingga bukti keikutsertaan. Sedangkan jika mahasiswa mengikuti program MBKM, maka total SKS yang diperoleh dapat menutupi total SKS MKPK.
Sebelumnya, mode MKPK ternyata telah diterapkan Fakultas Kesehatan Masyarakat bernama Mata Kuliah Generik Kompetensi. Meski kala itu belum terhitung SKS, namun pelaksanaan mata kuliah ini hampir sama dengan MKPK, yakni mendorong mahasiswa mengikuti lebih banyak kegiatan pengembangan diri non akademik.
“Jadi sebenarnya kalau di Kesmas sendiri itu sudah tidak ada masalah, malah justru bagus karena yang tadinya non SKS sekarang bisa dihargai menjadi 10 SKS atau 20 SKS,” terang Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dr Wahiduddin.
Hingga kini, beberapa fakultas dan prodi mulai merampungkan Kurikulum 2023, salah satunya Fakultas Peternakan. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr Hikmah M. Ali menyebut, proses konsolidasi dilakukan lebih cepat karena MKKPS diambil dari beberapa mata kuliah yang sudah ada. Selain itu, mata kuliah tersebut lebih banyak dipraktikkan di lapangan, salah satunya wajib magang enam bulan.
“Kami harus melahirkan insan peternakan yang siap kerja dan terampil. Kami menyadari bahwa kekurangan saat ini adalah keahlian dan keahlian itu muncul dalam latihan. Sebenarnya kalau dari segi pengetahuan mereka kuat, tapi kalau keahlian mereka tidak terlatih,” tuturnya, Jumat (2/06).
Tak hanya Peternakan, Departemen Sastra Bugis Makassar belum lama ini juga telah melakukan workshop untuk yang kedua kalinya, melanjutkan reorientasi Kurikulum 2023 yang dibahas pada akhir April lalu.
Ketua Departemen Sastra Bugis Makassar, Prof Gusnawaty Muntaha, mengatakan perumusan mata kuliah prodi mengacu pada tiga komponen, yaitu capaian pembelajaran lulusan, tujuan pembelajaran, serta keterampilan praktis dan profesional yang dibutuhkan dalam bidang studi.
Ia pun berharap kurikulum yang dirancang mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi pendidikan yang relevan dan berdaya guna, kolaborasi dan kemitraan yang luas, hingga prestasi akademik yang unggul.
Dengan memenuhi ekspektasi tersebut, Gusnawaty optimis kurikulum ini akan menjadi landasan yang kuat untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, berintegritas, dan mampu berkontribusi dalam pelestarian, pengembangan, dan promosi budaya Bugis-Makassar.
“Pokoknya kurikulum baru ini sangat fleksibel tetapi sekaligus padat. Oleh karena itu, tidak salah jika kita berharap banyak pada peralihan kurikulum ini,” harapnya, Rabu (31/05).
Saat ini, penyusunan kurikulum 2023 telah selesai dan siap meluncur di semester mendatang. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Muhammad Ruslin mengungkapkan, kurikulum ini akan diterapkan untuk mahasiswa baru angkatan 2023. Adapun regulasi transisi kurikulum lama ke kurikulum baru untuk mahasiswa ongoing sementara digodok Unhas.
“Kita akan implementasikan pada tahun ajaran yang akan datang, jadi yang kena itu angkatan 2023. Tapi kita akan buat regulasi transisi untuk angkatan 2022 dan 2021. Itu sudah kami siapkan juga konsepnya yang sementara kami godok. Kalau 2020 dan 2019 kita harap mereka sudah selesai,” papar Ruslin, Minggu (14/05).
Belajar dari pandemi, berbagai evaluasi terus dilakukan Unhas semata mencetak sumber daya unggul dan relevan dengan dunia kerja. Pengembangan keterampilan sebagai penunjang keilmuan pun telah terwadahi lewat MKPK. Oleh karena itu, reorientasi kurikulum yang digagas Unhas patutlah mendapat dukungan dari seluruh sivitas akademika.
Mft, Bil, Isp