Kasus kriminal beberapa tahun terakhir sering kali terjadi di Universitas Hasanuddin. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, seperti satpam yang rutin berjaga, berpatroli, dan mengamankan tempat tertentu yang memiliki aset.
Namun, tak sedikit pula kejadian yang pernah terjadi dan merugikan sivitas akademika. Pada awal Januari 2007, terjadi pencurian di Laboratorium Sastra Perancis Fakultas Sastra, kerugian ditaksir mencapai 15 juta rupiah.
Kepala Satuan Pengaman (Satpam), Bambang Hariyanto yang saat itu menjabat menyatakan kurang setuju jika lemahnya pengamanan di kampus menjadi indikasi pencurian. Menurutnya, hal ini terletak pada jumlah personel. “Disinilah ketidakseimbangan antara luas area Unhas dan personel yang harus berjaga tiap harinya,” ujarnya.
Kemudian pada November 2012, Unhas dianggap masih belum aman, banyaknya kasus pencurian seperti LCD, laptop, dan telepon, bahkan motor yang tak ada habisnya. Menutup 2012, total laporan motor yang hilang sebanyak 79 unit.
Setahun setelahnya, Unhas dijuluki sebagai “Surga Para Pencuri Motor”. Beruntungnya salah satu sindikat tertangkap, ialah seorang kakak beradik, Jahidin dan Anto. Saat dilakukan penggerebekan, sembilan motor berhasil diamankan sebagai barang bukti. Menurut pelaku, pencurian dilakukan saat suasana kampus mulai sepi, biasanya di waktu salat. Mereka tertangkap setelah pemasangan CCTV di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).
Atas tertangkapnya salah satu sindikat tersebut, Penyidik dari Badan Reskrim Polda, Slamet Riady saat itu berpendapat sudah selayaknya Unhas memperbaiki sistem keamanan, salah satunya dengan pemasangan CCTV di setiap fakultas. Hal tersebut juga didukung Kepala Biro dan Administrasi, Drs Halim Doko MSi. Menurutnya, CCTV sangat baik untuk diterapkan.
Meski begitu, pencurian masih terus terjadi walaupun tak semarak di tahun sebelumnya, tepatnya pada Oktober 2018, mahasiswa Sastra Inggris, Tuti Mardiah melapor telah kehilangan mobil, setelah menelusuri CCTV mobilnya tak terjangkau. Sebelumnya, ia menyampaikan dua hari lalu kunci mobilnya hilang bahkan ia pulang dengan bantuan tukang kunci.
Berdasarkan hasil laporan tahunan Satpam yang diterima identitas, kabar baiknya, tiga tahun belakangan, jumlah kasus yang ditangani Satpam semakin menurun. Memasuki sepanjang tahun 2019 kehilangan masih terjadi walau dalam jumlah sedikit. Pada Januari 2020 terdapat 20 kasus, dan memasuki tahun 2021 per Oktober sejumlah 16 kasus kehilangan motor.
Selain itu, dikutip dari bundel identitas pada Februari 2011, terdapat modus baru tindak kriminalitas berupa penipuan. Naiman menjadi salah satu korban yang meminjamkan sejumlah uang kepada seorang yang mengaku sebagai dosen Sastra Inggris, Haeruddin. Saat Naiman menghubungi untuk meminta pengembalian uang tersebut, tidak ada balasan dan tak lama setelahnya ia sadar telah ditipu oleh orang yang ternyata bukan dosen FIB.
Masih di tahun yang sama, kasus penipuan berupa pesan singkat kepada sejumlah dosen juga marak terjadi, seperti yang dialami Dosen Fisip, Drs Hasrullah menerima pesan yang berisi Hubungi Pak Dadang RRI sekarang juga, anda mendapat kesempatan untuk ke Jakarta menghadiri Seminar. Usut punya usut setelah pesan singkat tersebut, Si Pengirim meminta sejumlah uang. Hal ini disadarinya sebagai indikasi penipuan.
Kemudian penipuan kembali terjadi pada November 2021 lalu, berkedok menjadi bagian Kemahasiswaan Unhas yang mengirimkan pesan melalui email kepada mahasiswa yang berisi permohonan pembayaran UKT untuk semester selanjutnya.
Dalam pesannya, penipu juga mengatakan akan mengembalikan dan menambahkan sebesar dua juta rupiah yang akan dicairkan bersamaan dengan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). “Silahkan sertakan nomor rekening KIP-K, bukti pembayaran UKT, Kartu Keluarga, dan KTP,” tulisnya dalam email.
Saat dihubungi melalui pesan Whatsapp, Kabiro Kemahasiswaan Unhas, Mansur menegaskan tidak ada pembayaran UKT melalui bidang kemahasiswaan. “Pembayaran UKT itu adanya di bidang keuangan, kalau ada yang beredar seperti itu patut dicurigai,” ujarnya, Sabtu (27/11).
Nurul Hikma/Ai