Salah satu potensi dan mata pencaharian utama dari kecamatan Bungaya, Gowa yaitu pertaniannya. Singkong menjadi tanaman yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat bahkan banyak tumbuh di pekarangan rumah warga Kelurahan Sapaya.
Akan potensinya tersebut, Dosen Fakultas Ekonomi Unhas, Dr Retno Fitrianti beserta timnya melaksanakan pengabdian yang tertuang dalam jurnal berjudul “Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Melalui Inovasi Produk Olahan Singkong Di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa” intinya, bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produksi singkong yang lebih menguntungkan.
Kegiatan pengabdian diawali dengan observasi. Ia mendapati banyaknya petani singkong masih memiliki taraf pendidikan cukup rendah sehingga kemiskinan menjadi hal yang cukup lumrah bagi masyarakat. Para petani hanya memanen hasil singkong mereka dan langsung dipasarkan ke pabrik tepung tapioka di Kabupaten Gowa.
“Saya berpikir, bahwaibu rumah tangganya bisa diberdayakan, agar jangan hanya suaminya yang Bertani, sehingga melalui itu mereka bisa membantu pendapatan keluarga,” tambahnya.
Lanjut, ia diberi informasi bahwa Ibu-Ibu di desa Sapaya kecamatan hanya bisa mengolah singkong dengan merebus atau menggoreng. Sehingga tim pengabdian ini, merancang sebuah inovasi bagaimana mengolah singkong ke hal lain yang bisa memberikan keuntungan ekonomi lebih.
Tersedianya bahan baku, menjadi hal besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sapaya. Kemudian, dibentuklah kelompok yang akan mendampingi masyarakat Kecamatan Bungaya dalam mengolah singkong-singkong hasil budidaya mereka menjadi produk lebih bernilai tinggi.
Selain observasi, berbagai kendala sempat dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Seperti di kunjungan awal yang menjadi tantangan karena lokasi desa berada di daerah pegunungan sehingga sulit untuk diakses. “Sudah agak jauh, kami juga kesulitan sama akses jalannya yang belum
Saat pelaksanaan, bebrapa kali juga mereka mengalami kegagalan (Trial and eror) untuk percobaan produk singkong. Retno menambahkan bahwa percobaan dimulai dengan menghasilkan produk frozen food.
Ide yang dimulai hanya dari hasil penelusuran internet ini, berkembang dengan adanya ide dari orang terdekat. Dan akhirnya muncullah ide untuk membuat brownies dengan bahan baku singkong. Pada pembuatan brownies ini, tim pengabdian mengubah tepung terigu dengan bahan baku singkong.
“Kita masih membutuhkan penelusuran lebih terkait tahan lamanya tepung yang berbahan baku singkong. Kalau terigu kan biasanya tahan lama 4-5 hari, kalau dari singkong ini kita belum tau secara pasti,” ungkapnya.
Setelah berbagai percobaan, dilaksanakan penyuluhan terkait pemanfaatan singkong tersebut, pembuatan produk dengan praktik langsung hingga pengemasan serta labelingnya. Selain itu, disampaikan juga terkait cara akses kredit pada lembaga bank.
“Sebenarnya peminjaman modal untuk usaha ini salah satu upaya, hanya saja beberapa masyarakat jika ditanya mengenai cara dan terkait hal peminjaman modal mereka masih banyak yang malu dan tidak tau akan hal seperti itu,” jelasnya.
Mereka juga melakukan perhitungan bagaimana keuntungan dari ketiga hasil produk inovasi singkong ini. Mengingat modal yang dikeluarkan tentunya tidak begitu banyak karena sudah tersedia bahan utama, sehingga besar harapan para tim untuk benar-benar bisa dilaksanakan oleh masyarakat tersebut.
Motivasi masyarakat akan hal ini menjadi kekhawatiran Retno dan timnya. “Meskipun telah diberikan penyuluhan hingga praktik, akan sia-sia jika masyarakat tidak memiliki tekad untuk meningkatkan kesejahtraannya,” ungkapnya.
Harapannya, untuk memaksimalkan kegiatan, para masyarakat secara bertahap akan terus ditindaklanjut memantau kegiatan pengolahan yang dilakukan. Dari hasil produk yang masyarakat jual tentunya bisa menjadi ciri khas dari daerah Bungaya ini sendiri, dari sinilah ada keinginan untuk pemerintah bisa memperhatikan hal-hal seperti ini yaitu potensi-potensi lokal.
Athiyah Ghina Amilah