Lembaga penelitian kampus menjadi salah satu komponen penting dalam mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi. Lembaga ini memiliki peran penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui proses penelitian yang dapat memberi manfaat kepada masyarakat.
Universitas Hasanuddin sebagai salah satu kampus ternama di Indonesia khususnya Indonesia Timur memiliki Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) yang menaungi beberapa lembaga penelitian lainnya. Salah satunya adalah Center for Peace, Conflict, and Democracy (CPCD) atau atau dikenal dengan Pusat Studi Perdamaian, Konflik, dan Demokrasi.
CPCD menjadi lembaga pusat riset dan pengembangan atau think tank Unhas yang berfokus pada isu-isu terkait dengan pemeliharaan perdamaian, penyelesaian konflik, dan tata kelola demokrasi. Lembaga ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada pengembangan strategi dan kebijakan yang mempromosikan perdamaian, keadilan, dan demokrasi di wilayah Indonesia dan dunia.
Think tank ini didirikan oleh Rektor Unhas Periode 2014 – 2022, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu dan diresmikan pada tahun 2021 dengan harapan bahwa penelitian Unhas tidak hanya berfokus pada isu-isu eksakta, tetapi juga terlibat banyak dalam isu-isu sosial.
Awal mulanya, Guru Besar Sosiologi Unhas ini melihat tidak ada lembaga Unhas yang khawatir terhadap isu isu perdamaian, sementara Unhas memiliki dua tokoh perdamaian yang fenomenal yaitu bapak Jusuf Kalla, salah seorang alumni Unhas yang memiliki banyak prestasi dalam penyelesaian konflik seperti pemberontakan Aceh dan konflik Poso.
Kemudian ada Nelson Mandela yang pernah mendapatkan gelar doktor Honoris Causa di Unhas pada tahun 2005. Beliau adalah mantan presiden Afrika Selatan dan seorang pemenang nobel dalam bidang perdamaian. Namun sayangnya ketika ia diundang untuk pemberian gelar tersebut, beliau sedang sakit, oleh karena itu ia diwakili oleh wali kota Johannesburg, Afrika Selatan.
Misi utama yang digagas ketika itu, diharapkan bahwal melalui CPCD, Unhas dapat memberikan kontribusi pada pengembangan perdamaian yang berkelanjutan, tata kelola demokratis, dan keadilan sosial melalui riset, pendidikan, dan advokasi.
Sekretaris CPCD, Andi Ahmad Yani dalam wawancaranya menuturkan bahwa CPCD merupakan lembaga multi-disiplin dengan peneliti dari berbagai latar belakang, seperti hukum, budaya, sejarah, psikologi, sosiologi, administrasi, hubungan internasional, politik, dan bahkan matematika. Hal tersebut diharapkan dapat memperluas sudut pandang penelitian ketika melihat proses perdamaian, konflik, dan demokrasi.
Selain itu, LSM, mahasiswa, dan peneliti tamu dari dalam dan luar negeri juga disambut dalam lembaga ini apabila ingin melakukan kolaborasi dan berbagi pengetahuan. Keterlibatan praktisi, pembuat kebijakan, dan organisasi masyarakat sipil juga didorong melalui program pelatihan dalam hal pemeliharaan perdamaian dan penyelesaian konflik.
Salah satu program andalan dari CPCD adalah Pemetaan Konflik Berbasis Geography Information System (GIS), yaitu sebuah early warning system sebelum terjadinya konflik. Metode ini pernah digunakan di Makassar untuk melihat kecenderungan konflik kekerasan anak muda pada masa pandemi. CPCD menawarkan metode tersebut ke lembaga-lembaga termasuk kementerian, dan membuat policy brief mengenai beberapa isu mengenai pandemi dan radikalisasi.
Saat ini, CPCD sedang mencanangkan program pelatihan bernama Youth East Pioneer, yaitu program pelatihan anak muda untuk menjadi pionir perdamaian. Rencananya, program ini akan dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk mengembangkan semangat perdamaian, resolusi konflik, dan semangat negosiasi.
Berbagai prestasi telah dicapai oleh lembaga ini, seperti tahun 2021 ketika CPCD diundang untuk melakukan seminar internasional yang bekerjasama dengan Ateneo de Manila University dan SOAS London University.
Selain itu pernah bekerja sama dengan The Habibie Center untuk mengembangkan basis data mengenai konflik di Indonesia dan akan menggalang pendanaan dari luar negeri untuk mendukung pembuatan database tersebut.
“Kami terbuka untuk berbagi, belajar, dan melakukan penelitian bersama, silahkan datang bergabung atau diskusi dengan kami. Dengan dialog dan membuka ruang diskusi kita akan mendapat banyak input informasi dari masyarakat, peneliti, mahasiswa, aktivis, dan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai macam perspektif”, ungkap Dosen Administrasi Publik Unhas ini.
Lebih lanjut, Yani mengatakan saat ini ia dan timnya sedang mencoba mengembangkan basis data tentang kekerasan dan konflik di Indonesia. Oleh karena itu CPCD sedang membutuhkan beberapa peneliti muda dan beberapa mahasiswa magang.
“Silahkan kunjungi saja website kami di cpcd.unhas.id atau instagram @cpcd.unhas apabila tertarik untuk melakukan kolaborasi atau magang, kami dengan senang hati menyambut hal tersebut”, tutup Yani.
Mario Farrasda