Belum lama ini tepatnya pada 26 Mei lalu, terjadi tawuran antar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Peternakan (Fapet). Kericuhan itu dipicu oleh serangan bom molotov pada dini hari di sekretariat Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Peternakan (Himsena).
Tawuran kemudian terjadi di tempat yang dijuluki ‘Jalur Gaza’ atau pelataran Gedung MKU. Akibat dari peristiwa tersebut sejumlah fasilitas termasuk ruang kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menjadi rusak.
Peristiwa seperti ini bukan lagi menjadi sesuatu yang baru bagi Universitas Hasanuddin (Unhas). Mengulas kembali ke belakang, rupanya tawuran antar mahasiswa menjadi sisi kelam yang kerap membayangi kampus merah.
Saat itu 2 September 1992, tepatnya pagi hari ketika mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Sospol) tengah berkeliling Unhas sebagai bagian dari pengenalan kampus. Setibanya di depan ruangan LT 8, samping Rektorat dekat Fakultas Teknik (FT), tiba-tiba sebuah insiden terjadi.
“Sospol!”
Teriakan dari mahasiswa Fakultas Teknik yang memekikkan telinga itu tiba-tiba terdengar sebagai tanda dimulainya tawuran antara mahasiswa dari kedua pihak. Kedua kubu saling lempar batu. Mahasiswa Fakultas Teknik menyerang fasilitas Sospol yang kemudian diikuti dengan serangan balasan.
“Serangan balik dilakukan sejumlah fakultas ke Fakultas Teknik, mulai dari siang hari Fakultas Teknik dikepung dari segala arah,” kata Fiastaruddin Agam, alumni Hubungan Internasional Sospol, dalam wawancaranya sebagaimana dilansir dalam bundel identitas Tahun 2018.
Suasana mencekam, peristiwa yang dikenal dengan ‘Black September’ itu berlangsung hingga malam hari. Insiden tersebut berujung pada pembakaran Laboratorium Teknik Perkapalan dan menyebabkan puluhan mahasiswa terluka. Pihak keamanan dari TNI dan Polri turun tangan untuk menghentikan konflik dan menangkap beberapa mahasiswa.
Berdasarkan berita Identitas tahun 2002, tawuran dalam skala besar kembali terjadi. Konflik itu lagi-lagi melibatkan Fakultas Teknik dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Peristiwa kala itu sama mencekamnya dengan beberapa tawuran sebelumnya.
“Batu dan busur semakin melesat berkelebat. Juga mulai ada bom molotov dan gedung terbakar,” ungkap M Gunawan Mashar.
Kejadian bermula akibat ketersinggungan antara dua fakultas saat melaksanakan prosesi penerimaan mahasiswa baru, yang kemudian menyebabkan perkelahian kedua kubu. Dua unit ruang perkuliahan dan laboratorium Fakultas Teknik raib terbakar. Sementara itu, di pihak FMIPA beberapa baliho habis dilalap oleh si jago merah.
Tidak sampai disitu, Agustus 2005 Fakultas Teknik dan Sospol kembali menjadi aktor utama. Sebanyak 9 mahasiswa Sospol harus dilarikan ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo akibat luka parah karena terkena lemparan batu di bagian kepala dan wajah. Korban juga muncul dari mahasiswa Fakultas Teknik serta beberapa orang satpam.
Tawuran inipun melibatkan sekitar 1000 mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Sospol. Aparat bahkan sempat kewalahan melerai pertikaian dari kedua pihak yang berbeda rumpun tersebut. Insiden yang berlangsung selama 2 hari itu menyebabkan banyak kaca ruangan hancur serta pengrusakan sekretariat Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional.
Bahkan dalam tawuran tersebut diiringi dengan pembakaran Sekretariat Maperwa Fisip dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, sehingga menimbulkan kerugian dalam jumlah besar.
Lagi, bentrok antara Fakultas Teknik dan Sospol kembali terjadi. Peristiwa itu terjadi pada Juni 2010, ketika dua kubu fakultas saling menyerang dengan melempar batu.
Kericuhan berawal saat berlangsungnya inaugurasi FMIPA di Baruga AP Pettarani. Seorang mahasiswa Sospol yang tempat kuliahnya berdekatan dengan Baruga dipukuli oleh sekelompok mahasiswa FT. Pemukulan itu kemudian dibalas dengan pemukulan mahasiswa FT oleh Sospol pada malam harinya.
Sebanyak tiga mahasiswa mengalami patah tulang akibat tawuran ini. Selain itu, sekitar 40-an orang terluka di kepala akibat lemparan batu.
Kemudian November 2018, Fakultas Teknik dan FMIPA kembali terlibat saling bentrok. Peristiwa itu dipicu karena adanya kesalahpahaman spanduk kegiatan.
Akibat dari kejadian tersebut, beberapa kaca gedung di lingkungan FMIPA pecah. Seperti di gedung lantai dasar dan lantai tiga Science Building, Departemen Fisika, Perpustakan FMIPA Unhas, dan bekas gedung Jurusan Teknik Geologi FT Unhas.
Melihat rentetan peristiwa tersebut, tawuran masih saja terus terjadi di Unhas. Kampus seharusnya lebih bisa untuk mengantisipasi dan mencegah terulangnya kasus seperti ini.
Zidan Patrio