“Sehebat apapun kita, kalau hanya sendiri itu tidak ada artinya,”
Begitulah yang dititahkan oleh Prof Dr Ir Laode Asrul MP. Baginya, kebersamaan menjadi suatu hal yang penting untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan. Wakil Direktur I Bidang Akdemik dan Publikasi Sekolah Pasca Sarjana Unhas ini juga memiliki prinsip tersendiri dalam meraih setiap capaian-capainnya dalam berkarir.
Prinsip yang selalu ia pegang teguh dalam bekerja adalah Together, Progress, dan Opportunity. Dengan bersama, ia merasa dapat merumuskan setiap masalah dengan sharing atau bertukar pikiran bersama tim kerjanya. Selanjutnya adalah progress, ia selalu menganalisis dengan mengevaluasi setiap capaian sebelumnya. Ketika keduanya jalan, maka akan menghasilkan Opportunity atau keberuntungan.
“Makanya waktu saya jadi kepala Pusat Studi Lingkungan (PSL), kita selalu mendapat yang teratas dalam jumlah kerjasama, riset dan pendanaan. Bahkan kita selalu menang dalam lima tahun berturut-turut,” katanya.
Sebelum menjabat di Sekolah Pasca Sarjana Unhas, ia pernah menjadi ketua LP2M (Lembaga Peneltian dan Pengabdian pada Masyarakat). Sebelumnya lagi, ia menjadi ketua Pusat Studi Lingkungan (salah satu bidang di bawah naungan LP2M).
“Mungkin saja dengan melihat prestasi yang diraih PSL, bu rektor menunjuk saya untuk naik lagi ke jenjang berikutnya yaitu menjadi ketua LP2M,” katanya mengira-ngira.
Tak hanya itu, saat menjabat ketua di LP2M, laki-laki kelahiran Raha 7 Maret 1963 ini juga berhasil meningkatkan penelitian di Unhas dengan dana yang menurutnya cukup terbatas. Ada tantangan-tantangan tersendiri yang harus dihadapinya saat memimpin LP2M Unhas. Mulai dari proposal yang dibuat dosen dalam hal ini peneliti Unhas harus berkualitas, yang kedua reviewer proposal juga harus orang-orang yang berkualitas, serta dukungan dana yang optimal dalam mendukung penelitian.
“Sayangnya Unhas sudah berupaya, tapi dananya masih terbatas dibandingkan dengan PTN lain,” ujarnya.
Kendati, ia tetap mengupayakan berbagai cara untuk tetap meningkatkan penelitian Unhas dari hambatan yang ada. Ia akhirnya mengolaborasikan antara akademik, bisnis, dan government. Selain itu, ia juga melakukan terobosan yakni bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti swasta, pemerintah daerah, peneliti dari luar negeri, hingga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Dari gebrakan yang dilakukannya itu, penelitian Unhas sejak masa kepemimpinannya mengalami peningkatan. Dari kemampuannya tersebut, Laode pernah diundang oleh perguruan tinggi di Jawa, salah satunya Universitas Padjajaran untuk menjelaskan bagaimana ia meningkatkan penelitian dengan dana yang sangat terbatas.
Ada prinsip lain yang juga biasa ia gunakan dalam bekerja. Ia namakan prinsip itu dengan sebutan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Baginya, kadang kita perlu mengamati capaian orang lain dengan pertanyaan mengapa ia bisa dan kita tidak? Setelah mengamati, ia akan tiru hal-hal yang menurutnya pantas untuk ditiru, lalu memodifikasi cara-cara yang bisa digunakan untuk bisa ikut sukses seperti orang lain tersebut.
Selain mengutamakan kebersamaan, lulusan sarjana hingga doktor Unhas ini juga seringkali belajar otodidak dalam menggapai setiap capaiannya. Tak jarang ia harus belajar di internet atau memperbanyak baca buku.
“Seperti misalnya waktu saya PSL, saya sulit membuat company profile, leaflet, dan sebagainya. Akhirnya saya coba lihat-lihat contoh yang eye catching untuk mitra. Dari situ saya tidak perlu susah-susah lagi membayar orang untuk buat, saya otodidak saja di internet, sehingga bisa langsung disebar dan menghasilkan. Akhirnya bisa dikenal dengan partner kerjasama,” kata dia.
Selain sibuk menjalankan tupoksi di Unhas, ia juga ditunjuk sebagai ketua pengurus masjid di perumahan dosen oleh masyarakat di sekitarnya. Ia juga sering mengundang masyarakat untuk berdiskusi, dan meramaikan hari-hari tertentu, seperti Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, kegiatan qurban, serta kegiatan lainnya.
Untuk mengimbangi kesibukan di kantor dan kegiatan di luar kerja, Laode sering menulis agenda kegiatan kesehariannya, ia bahkan menyusun agenda bulanan, dengan menentukan kegiatan-kegiatan yang penting dan mendesak.
“Jadi tetap ada keseimbangan antara kegiatan di kantor dengan di luar kantor. Tetap ada Hablul Minannas dan Hablul minallah itu kita jaga,” katanya.
Penulis : Ayu Lestari