Sobat iden, kamu pasti pernah mendengar TPA, kan? Bukan Tes Potensi Akademik, apalagi Tempat Pembuangan Akhir, tetapi Tempat Penitipan Anak. Orang yang sudah memiliki buah hati mungkin lebih familiar dengan istilah itu.
TPA merupakan sebuah layanan yang disediakan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pengasuhan, bimbingan, dan sosial anak. Layanan tersebut menjadi solusi terbaik bagi orang tua agar si kecil tetap dalam pengawasan dan asuh bahkan jika tidak menemaninya secara langsung. Lantas, tahu tidak kalau di Unhas pernah berdiri TPA yang dikelola oleh Dharma Wanita Persatuan (DPW) Unhas?
Membuka kembali lembaran kertas berita identitas 2009, TPA oleh DWP Unhas pertama kali didirikan pada Mei 2003 yang diresmikan langsung Rektor ke-11 Unhas, Prof Dr Idrus Paturusi. TPA yang berlokasi di samping Asrama Mahasiswa (Ramsis) Putri Unhas itu didirikan H A Dahlia Radi, H S Oky Syukri, H Murni Muis, dan H Juliance Mansyur. Hadirnya TPA ini membantu sivitas akademika yang telah memiliki buah hati dalam menjalankan aktivitasnya.
TPA dibuka dari Senin sampai Jum’at pukul 08.00 hingga 16.30 Wita. Tak hanya untuk sivitas akademika Unhas, tetapi juga terbuka untuk umum. Layanan menampung anak-anak dari kalangan Pegawai Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Pegawai Unhas, hingga mahasiswa yang telah memiliki anak.
Kala itu, yang perlu dibayarkan orang tua sebesar 200 ribu rupiah per bulan untuk sivitas akademika dan 250 ribu rupiah untuk umum. Tak hanya itu, tempat ini membuka penitipan per jam dengan bayaran lima ribu rupiah.
Ketua Pengelola TPA saat itu, Haila Yunus Musa, menyebutkan orang tua merasa aman dan nyaman menitipkan anaknya karena jarak yang dekat dan pengasuh serta guru-gurunya pun berpengalaman di bidangnya.
”Meski jaraknya jauh dari tempat kerjanya pun, anaknya tetap dititipkan di sini, karena memang guru dan pengasuhnya itu kita terima yang berpengalaman di bidangnya seperti alumni PGSD sehingga orang tua anak itu percayakan anaknya untuk diasuh di TPA Dharma Wanita Unhas ini,” ucapnya, Kamis (6/4).
Pengasuh biasanya memberikan kelas, mengajari anak-anak membaca dan berhitung, serta menemani bermain hingga tidur siang. Selain itu, pengasuh juga merawat seperti memberi makan, membuatkan susu, bahkan mengganti popok supaya anak-anak yang akan dijemput orang tuanya akan bersih dan rapih. Setidaknya mereka mengganti peran orang tua selama 8 jam 30 menit.
“Jadi ada waktu belajar dan bermain. Kadang belajar di luar, kadang belajar di dalam ruangan, tergantung tema di hari itu, bahkan kami juga ajarkan anak-anak mengaji, jadi kita ambil juga guru mengaji,” ungkap Ila.
Selain itu, fasilitas yang disediakan TPA DWP ini juga memadai. Ada ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran, ruang belajar, ruang tidur, dan dilengkapi dengan AC sehingga membuat anak-anak nyaman.
Selama berdirinya, TPA tersebut setidaknya telah melakukan pemindahan lokasi sebanyak tiga kali, pertama di Ramsis putri, kemudian ke belakang poliklinik dan apotik, hingga berakhir di samping Rumah Jabatan Rektor.
Meski menempati wilayah Unhas, namun nyatanya TPA ini bukan bagian dari aset Kampus Merah. TPA tersebut secara mandiri dikoordinir oleh DWP Unhas. Oleh karena itu, penghasilan dari layanan itu tidak menambah pemasukan rekening Unhas. Penghasilan tersebut DWP Unhas gunakan untuk menggaji para pengasuh sebesar 400 ribu rupiah per orang setiap bulannya.
Sayangnya, ketika pandemi Covid-19 melanda, TPA tersebut harus menghentikan aktivitasnya karena adanya sederet protokol kesehatan yang harus diterapkan, salah satunya sosical distancing. “Jadi memang sejak maraknya Covid-19 itu kita tidak membuka lagi, menghindari terjadinya bahaya. Orang tua juga tidak menitipkan anaknya karena takut kemungkinan tertular,” tutur Ila.
Semenjak aktivitas dihentikan, tempat penitipan anak ini tidak lagi digunakan. Penitipan anak ini resmi ditutup pada awal tahun 2020.Ruangannya kemudian diambil alih kembali oleh Unhas untuk digunakan pada kepentingan lainnya.
Miftah Triya Hasanah