Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia sekaligus ketua Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Amran Sulaiman (AAS), berkunjung ke Unhas, Selasa (20/2). Kunjungan itu untuk mengisi sebuah dialog kebangsaan.
Pada kesempatannya, AAS membawakan materi terkait ketahanan pangan dan kemandirian bangsa. Menurutnya, kondisi pertanian di dunia, terkhusus di Indonesia kian memprihatinkan.
“Kita berbicara masalah pangan sebagai masalah global. Ada masalah iklim yang menjadi penyebab utama dan kita harus harus segera bertindak. Di Indonesia, terjadi El Nino yang mengancam pertanian,” ungkapnya.
AAS mengaku, selama ia menjabat sebagai Menteri Pertanian, pihaknya aktif berkeliling Indonesia untuk mengecek langsung kondisi pertanian Indonesia. Ia mengkhawatirkan krisis pangan yang bisa berdampak secara luas ke berbagai aspek.
“Kalau terjadi krisis pangan bisa berimbas pada krisis politik. Tidak ada negara yang bertahan akibat krisis pangan,” katanya.
Ia juga mengungkap bahwa Luas tanaman padi pada Oktober 2023-Februari 2024 menurun signifikan dari rerata pada 2015-2019. Luas sawah pada tahun ini menurun di kisaran 800 ribu hektare, jauh di bawah rerata 2015-2019 yang mencapai 1,3 juta hektare sawah.
“Dulu di periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo kita swasembada pangan sebanyak tiga kali. Dan saya rasa itu adalah sebuah legacy,” bebernya.
Ia menunjukkan keberhasilannya dalam pengelolaan program food estate di Gunung Mas Kalimantan Tengah. Di masa kepemimpinannya, Mentan ini berhasil menanam jagung dengan menggantikan program tanaman sebelumnya.
AAS kemudian berharap, Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dan eksportir pangan terbesar di dunia dengan target 12.5 juta ton beras pada 2028 dan 80 juta ton di tahun 2029-2033.
Zidan Patrio