Rabu, 17 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Jeklang Biografi

Menyemai Ilmu dari Timur, Jejak Rektor Pertama Universitas Halu Oleo

16 Desember 2025
in Biografi
Menyemai Ilmu dari Timur, Jejak Rektor Pertama Universitas Halu Oleo

Prof Eddy Agussalim Mokodompit MA, Rektor pertama Universitas Halu Oleo. Foto: Istimewa

Editor Athaya Najibah Alatas

Pendidikan tinggi di Sulawesi Tenggara tidak tumbuh begitu saja. Ia dibangun melalui dedikasi panjang para pendidik yang percaya bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan perubahan. Salah satu sosok yang meletakkan fondasi itu adalah Prof Eddy Agussalim Mokodompit MA, rektor pertama Universitas Halu Oleo, yang jejak pengabdiannya tak hanya tertanam di lingkup akademik, tetapi juga hidup dalam nilai yang diwariskan kepada keluarganya.

Lahir pada 16 September 1930 di desa kecil Asinua, Kendari, Sulawesi Tenggara, Eddy Agussalim Mokodompit tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai kedisiplinan dan kerja keras. Ia adalah putra dari Danda Hamid Mokodompit, Kepala Pertanian Kabupaten Kendari, dan Watinora. Sejak kecil, Eddy dikenal gemar berkebun dan berolahraga.

BacaJuga

Prof Andi Zainal Abidin Farid, Guru Besar Hukum yang Mencintai Sejarah

Sulaeman, Satpam Unhas yang Bekerja dengan Hati

Pendidikan dasarnya diselesaikan di Wawotobi pada 1942. Masa pendudukan Jepang membawanya ke Nō Gakkō, sekolah pertanian yang kala itu menjadi bagian dari sistem pendidikan kolonial. Pada 1944, langkahnya mengarah ke Makassar, tempat ia bergabung dengan Sekolah Menengah Pertama Nasional yang didirikan oleh Dr Sam Ratulangi. Dari kota ini pula, perjalanan akademiknya kian mantap. Eddy menamatkan pendidikan di Sekolah Normal Negeri Makassar pada 1947, lalu melanjutkan ke Sekolah Guru A dan lulus pada 1951.

Namun bagi Eddy, pendidikan bukan sekadar pencapaian administratif. Hasrat belajarnya mendorong ia menyeberang ke Jawa, menuju Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, kota yang pada masa itu menjadi pusat pertemuan gagasan dan intelektualitas pascakemerdekaan. Di Fakultas Pedagogik, Jurusan Pendidikan Sosial, ia tidak hanya menekuni studi tetapi juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Kepemimpinannya terasah ketika dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Pedagogik pada 1956–1957, beriringan dengan perannya sebagai bagian dari generasi awal pembangun sistem pendidikan nasional.

Tahun 1957 menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademiknya. Eddy dikirim ke University of Kentucky, Amerika Serikat, melalui program University Staff Development. Selama dua tahun, ia mendalami bidang pendidikan dan pembangunan masyarakat pedesaan. Gelar Master of Arts in Education dengan spesialisasi Rural Community Development diraihnya melalui karya ilmiah berjudul Wawotobi: A Rural Village in South East Sulawesi, A Sociological Analysis, sebuah studi yang sekaligus menjadi bentuk penghormatan terhadap kampung halamannya.

Kepulangannya ke tanah air membuka babak pengabdian baru. Eddy memulai langkah sebagai asisten ahli, sebelum pada 1961 dipercaya menjadi lektor muda. Kepercayaan demi kepercayaan mengalir hingga ia ditunjuk memimpin Jurusan Pendidikan Sosial, Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada. Tak lama kemudian, panggilan pulang membawanya kembali ke Sulawesi, tanah yang mula-mula menumbuhkan cita-citanya. Di Universitas Hasanuddin (Unhas), ia mengabdi di Fakultas Sosial dan Politik (Sospol), dalam waktu singkat, eddy dipercaya mengemban amanah sebagai dekan pada 1964-1965. Di bawah kepemimpinannya, fakultas tersebut bertumbuh pesat.

Pengabdian Eddy di dunia pendidikan terus berlanjut ketika ia diamanahi jabatan sebagai Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), yang kini dikenal sebagai Universitas Negeri Makassar (UNM). Selama dua periode, dari 1965 hingga 1974, ia memimpin institusi tersebut dengan fokus pada penguatan mutu akademik dan tata kelola pendidikan.

Di luar kampus, kiprah Eddy juga hadir dalam lingkup kebijakan pendidikan nasional. Ia dipercaya memimpin Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Selatan pada 1972–1975, sebelum kemudian menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo, Jepang, dari 1975 hingga 1981. Melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 147/M/1981 Tahun 1981, Eddy ditetapkan sebagai Rektor pertama Universitas Halu Oleo, jabatan yang diembannya selama dua periode hingga 1990.

Pengabdian panjang itu mendapat pengakuan negara. Pada 1 April 1983, Presiden RI Jenderal (Purn) H Muhammad Soeharto menganugerahkan gelar Guru Besar Ilmu Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik kepada Eddy, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi di Indonesia.

Namun, di balik sederet jabatan dan pencapaian akademik, Eddy tetap menempatkan keluarga sebagai pusat kehidupannya. Bersama sang istri, Siti Haola Nurmala, ia membesarkan tujuh anak: Norawati, Sanggoloo, Eliyanti, Tina Aryani, Ririm Suryaningsih, Saktiprawira, dan Edwin Halu Oloo. Di rumah, ia bukan rektor atau guru besar, melainkan sosok ayah yang hangat dan penuh perhatian.

“Waktunya memang tidak banyak, tetapi selalu berkualitas. Papi suka bercanda, bercerita, dan menanamkan nilai-nilai hidup,” tutur Norawati, putri tertua Eddy Mokodompit, melalui sambungan video call, Sabtu (25/10). 

Sejak dini, Eddy menanamkan pentingnya keterampilan nonakademik dan penguasaan bahasa kepada anak-anaknya. Baginya, bahasa adalah jendela dunia dan cara untuk memahami perbedaan serta membuka cakrawala berpikir. Sedikit menguasai bahasa Portugis, ia kerap memberi julukan asing kepada orang-orang di sekitarnya. “Papi itu unik. Ia suka memberi nama-nama seperti Arturo, Gonzales, atau Alfredo,” kenangnya.

Di balik sisi hangat dan jenakanya, Eddy dikenal sebagai pribadi yang teguh memegang prinsip. Ia disiplin, religius, dan sangat menghargai waktu. Koran dan siaran berita menjadi teman setianya, mencerminkan rasa ingin tahu yang tak pernah padam terhadap perkembangan dunia. Penampilannya pun selalu rapi dan berkelas, mulai dari potongan rambut yang tertata hingga sepatu yang senada dengan celana yang dikenakan.

“Katanya, jika Prof Mokodompit selesai mengajar, meski telah lewat satu jam, wanginya masih terasa. Itu cerita para mahasiswa beliau, bukan saya,” ujar Norawati.

Bagi anak-anaknya, Prof Eddy Agussalim Mokodompit bukan sekadar akademisi. Ia adalah teladan hidup yang mengajarkan integritas, disiplin, dan kerendahan hati melalui laku, bukan sekadar kata. Nilai-nilai itulah yang terus hidup, selama mereka menyebut namanya dengan penuh cinta sebagai Papi.

Athaya Najibah Alatas

Tags: Akademisi UnhasProf Eddy Agussalim Mokodompit MARektor Universitas Halu OleoTokoh Pendidikan
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Perkuat Literasi Data di Unhas dengan Pojok Statistik

Next Post

Ketika Domino Picu Krisis Etika di Kampus

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In