Jumat, 5 Desember 2025
  • Login
No Result
View All Result
identitas
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah
No Result
View All Result
identitas
No Result
View All Result
Home Headline

Menyingkap Rahasia Gelap Pengadilan Melalui Film Keadilan (The Verdict)

3 Desember 2025
in Headline, Resensi
Poster Film Keadilan (The Verdict). Foto: Tangkapan Layar

Poster Film Keadilan (The Verdict). Foto: Tangkapan Layar

Editor Nurfikri

Ketika keluargamu dibunuh secara tidak wajar dan pelaku tidak mendapatkan hukuman apa pun, apakah kamu akan diam saja atau bertindak? 

Pertanyaan ini menjadi inti cerita perjalanan, Raka (Rio Dewanto), seorang satpam pengadilan yang memperjuangkan keadilan untuk istrinya, Nina (Niken Anjani). Kekasihnya itu dibunuh secara tragis oleh Dika (Elang El Gibran) pada film Keadilan (The Verdict). 

BacaJuga

Berebut Jenazah, Kisah Anak yang Diperebutkan Agama

Hindari Penurunan Performa Akademik dengan Sarapan

Malam itu, Raka mengajak istrinya untuk makan malam di sebuah hotel dengan voucer yang ia peroleh setelah menggagalkan aksi seorang ibu yang merasa keputusan persidangan tidak adil. 

Namun, sebagai seorang advokat yang baru saja lulus, Nina merasal hal tersebut merupakan tindakan salah. Ia pun beranjak ke toilet untuk menghindari sekaligus meredakan kemarahan atas tingkat suaminya. 

Di tengah perjalanan menuju toilet, Nina secara tidak sengaja menabrak dan menjatuhkan ponsel Dika. Tersinggung dengan kejadian itu, Dika pun mengikutinya hingga ke toilet dan mencoba membunuh Nina dengan kondisi sadar. 

Singkat cerita, Dika membunuh Nina menggunakan vas bunga kecil. Sebagai anak konglomerat di Indonesia, ia menyewa Timo (Reza Rahadian) sebagai pengacaranya.

Timo memiliki sifat manipulatif dan jago dalam mempermainkan segala hal di pengadilan, baik itu uang, kekuasaan, maupun relasi. 

Kemahiran Timo dalam memainkan kata-kata dan segala bentuk kepalsuannya di pengadilan hampir membuat pelaku tidak mendapatkan hukuman apa pun. 

Pada sidang terakhir istrinya, Raka pun terpaksa menggunakan kekerasan dengan menyandera semua orang yang hadir pada saat itu serta membawa senjata untuk mengancam orang-orang di sana.

Cara ini ia gunakan untuk membuktikan pembunuhan yang dilakukan oleh Dika serta istrinya mendapatkan keadilan atas kejadiannya. 

Apakah Raka akhirnya berhasil mendapatkan keadilan atas kematian istrinya, atau justru kelihaian Timo memainkan kata-kata membuat Dika menang di meja persidangan?

Salah satu dialog yang merepresentasikan kondisi realita di dunia saat ini ketika Raka dengan nada rendahnya mengatakan “Di pengadilan bukan kebenaran yang akan menang, tapi yang menang akan menjadi kebenaran.”
Kalimat tersebut membuat kita semua sadar bahwa tidak semua putusan pengadilan merupakan kebenaran. Banyak manipulasi yang bisa dilakukan oleh pengacara demi mendapatkan keuntungan dari kliennya. 

Film garapan kolaborasi sutradara Indonesia, Yusron Fuadi dengan sutradara Korea, Lee Chang Hee ini, berhasil menunjukkan sinematografi yang ciamik. Suasana kejar-kejaran serta adegan kecelakaan, mampu memancarkan tone dalam drama Korea.

Sementar di sisi lain, film dengan durasi sekiar 1 jam 40 menit ini, mampu menampilkan sisi autentik dari Indonesia. Salah satunya pada komedi tipis-tipis yang isunya sangat relevan bagi masyarakat. 

Dengan mengangkat genre thriller, Keadilan (The Verdict) sukses membangun suasana yang tegang, panas, dan menjengkelkan. Selain itu, penggunaan bahasa-bahasa hukum dan penonjolan detailnya patung dewi keadilan, memperlihatkan kepada kita bahwa keadilan benar-benar harus diperjuangkan.

Detail menarik juga terlihat saat Raka meminta rekannya untuk menyiarkan langsung sidang ulang ini di platform YouTube. Hal tersebut dilakukan karena semenjak kasus ini terjadi, tidak ada satupun media yang memberitakannya. 

Hal ini juga menjadi tanda bahwa media memiliki pengaruh penting untuk mengawal isu dan menilai kebenaran.

Dalam film Keadilan (The Verdict), kemampuan akting Rio Dewanto dan Reza Rahadian tentunya sudah tidak diragukan lagi. Segala perasaan emosi, marah, putus asa, dan pasrah mengalir begitu natural. Mereka berhasil membawa rasa itu masuk kedalam hati penonton. 

Selain itu, penggunaan lagu “I’d Like to Watch You Sleeping” dari Sal Pribadi menambah kesan haru dan lega pada film ini. Pasalnya, nyanyian tersebut dimainkan saat Raka membayangkan Nina  setelah memenangkan persidangan. 

Secara umum, film Keadilan (The Verdict) ini mampu menunjukkan kepada kita bagaimana realita masyarakat kecil dalam memperjuangkan keadilan di pengadilan. 

Namun, hingga film ini berakhir, terdapat beberapa pertanyaan yang tidak terjawab jelas di dalam film. Siapakah Raka sebenarnya? Mengapa ia memiliki koneksi dan kemampuan yang tidak seperti satpam pada umumnya?

Untuk menganalisis hal tersebut, Sobat iden bisa menonton film ini di platform streaming online kesayangan Anda. 

Masyita

Tags: keadilanPersidanganResensi filmRio DewantoThe Verdict
ShareTweetSendShareShare
Previous Post

How Broken Home Students Cope with and Experience College Life

Next Post

BTN Ajak Mahasiswa Unhas Atasi Kebutuhan Hunian Nasional

TRENDING

Liputan Khusus

Ketika Kata Tak Sampai, Tembok Jadi Suara

Membaca Suara Mahasiswa dari Tembok

Eksibisionisme Hantui Ruang Belajar

Peran Kampus Cegah Eksibisionisme

Jantung Intelektual yang Termakan Usia

Di Balik Cerita Kehadiran Bank Unhas

ADVERTISEMENT
Tweets by @IdentitasUnhas
Ikuti kami di:
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Youtube
  • Dailymotion
  • Disclaimer
  • Kirimkan Karyamu
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 - identitas Unhas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
  • Home
  • Ulasan
    • Civitas
    • Kampusiana
    • Kronik
    • Rampai
    • Editorial
  • Figur
    • Jeklang
    • Biografi
    • Wansus
    • Lintas
  • Bundel
  • Ipteks
  • Sastra
    • Cerpen
    • Resensi
    • Puisi
  • Tips
  • Opini
    • Cermin
    • Dari Pembaca
    • Renungan
  • identitas English
  • Infografis
    • Quote
    • Tau Jaki’?
    • Desain Banner
    • Komik
  • Potret
    • Video
    • Advertorial
  • Majalah

Copyright © 2012 - 2024, identitas Unhas - by Rumah Host.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In