Pemberlakuan Program Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam skala mikro yang bersifat darurat di Pulau Jawa dan Bali dari tanggal 3 – 20 Juli 2021 yang meliputi 14 komponen pengaturan.
Masih menyisahkan tanda tanya terkait, bagaimana merespon PPKM darurat ini untuk wilayah pulau Jawa dan Bali? Menurut saya pilihan terbaiknya mengikuti secara penuh program tersebut untuk memberi kontribusi nyata dalam pelandaian kurva Covid-19.
Bentuk respon di tingkat grass root ternyata sangat beragam. Mulai sangat patuh hingga tetap tidak peduli. Sementara output optimal dari PPKM mikro darurat itu dapat dicapai bila dilaksanakan secara simultan.
Mencermati pertumbuhan kasus Covid-19 yang semakin tidak terkendali dengan varian delta dan kappa yang mengganas hingga melumpuhkan tatanan layanan kesehatan. Bahkan ratusan kasus (sekira 400 kasus; lapor Covid) yang meninggal di luar rumah sakit atau di rumah sendiri pada saat isolasi mandiri. Begitu juga yang di fasilitas kesehatan.
Laporan kasus harian terus bertumbuh di atas 20.000, bahkan sudah mencapai 27.000 kasus per tanggal 3 Juni 2021.
Indikator-indikator epidemiologi sudah memberikan warning : jumlah kasus aktif terus naik, positivity rate dikisaran 10-35 persen. BOR ICU dan isolasi sudah di atas 90 persen dan sepertinya respon semakin keteteran.
Bila kondisi ini bertahan terus, maka tentu korban jiwa akan semakin bertambah, akan semakin menambah kepiluan bangsa ini.
Kelumpuhan layanan di rumah sakit semestinya dapat dikontrol, apabila semua peduli satu dengan yang lain. Tindakan sederhana disiplin terhadap protokol kesehatan, kelihatannya begitu berat untuk dipatuhi. Seperti keabaian masyarakat berdampak buruk terhadap semuanya. Jumlah kasus bertambah terus dan kematian hampir mencapai 400 orang dalam satu hari. Ini bukan prestasi, pengorbanan nyawa yang menyesakkan semuanya.
Bagaimana menyikapi situasi ini, supaya wilayah lain tidak mengalami hal yang sama?
- Laksanakan pilar pengendalian wabah secara benar, laksanakan surveilans terpadu berbasis komunitas secara aktif.
- Hentikan pertumbuhan kasus baru dengan massive tracing hingga ratio 1:30, intensifkan testing hingga 5 per 1000 perwilayah.
- Penyiapan isolasi terpusat untuk yang terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang, dan
- Menyiapkan kapasitas rumah sakit yang optimal.
Pada level individu kesadaran bersama untuk saling menyelamatkan harus terus digelorakan, bukan waktunya untuk mementingkan diri sendiri dengan tidak peduli terhadap imbauan pemerintah. Jangan menjadi kelompok anti sosial dengan tidak peduli pada orang lain. Inilah waktunya membangun solidaritas sosial yang tinggi untuk saling menyelamatkan.
Suksesnya PPKM Mikro darurat sangat ditentukan oleh dukungan seluruh warga. Karena keterlibatan seluruh simpul masyarakat menjadi sangat penting. Melibatkan tokoh masyarakat, adat, agama hingga tokoh pemuda perlu diberdayakan semaksimal mungkin.
Pada bencana kedaruratan masyarakat dengan status PPKM Darurat, maka intervensi paling efisien adalah intervensi struktural terukur. Penegakan disiplin, pemberian sanksi adalah pilihan untuk menggugah kepedulian warga terhadap yang lain. Tanggung jawab sosial menjadi prioritas pada situasi ini, langkah disiplin setiap individu akan berdampak besar pada keselamatan bersama.
Langkah selanjutnya adalah penguatan komunikasi risiko, setiap warga memahami dengan benar langkah yang harus diambil dan atas kesadaran sendiri ikut mengambil bagian dalam menyelesaikan masalah ini, bukan menjadi bagian dari masalah yang sedang menimpa ini.
Penguatan literasi kesehatan adalah pilihan yang tepat untuk membangun perspektif tentang pandemi Covid-19. Begitu banyak warga yang belum memahami bagaimana bersikap dan bertindak secara benar untuk mengendalikan pandemi ini. Sehingga pekerjaan menjadi bertambah berat karena kurangnya kepahaman warga.
Terjadi distorsi informasi yang perlu diluruskan sebagai salah satu syarat untuk bertindak secara benar. Pemahaman yang keliru adalah awal kegagalan dalam menyelesaikan suatu masalah, termasuk pengendalian Covid-19 ini.
Penulis Prof Ridwan Amiruddin,
Merupakan Guru Besar FKM, Unhas
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Sulsel,
Ketua tim ahli pengendalian Covid-19 Sulsel,
Dan Ketum Persakmi Indonesia.