Indonesia Youth Diplomacy (IYD) Sulawesi Selatan mengadakan kegiatan MIKTA Post Rosdshow South Sulawesi, Sabtu (24/2). Kegiatan berlangsung di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas).
Turut hadir Co Head of Event for ASEAN Youth Agenda & MIKTA Youth Initiatives 2023, Aie Natasha yang membawa presentasi dengan judul “Transform With Resilience In A Collaborative In A Collaboration World”.
Dalam kesempatannya Aie mengungkap, pendidikan di Indonesia saat ini, terkhusus pendidikan tinggi, sangat tersentralisasi di Pulau Jawa. Baginya, kualitas pendidikan harus merata untuk semua orang di setiap wilayah tanah air.
“Kami membutuhkan pendidikan yang berkualitas dan merata untuk semua, terutama di Indonesia di mana gap-nya sangat besar. Orang cenderung berbondong-bondong ingin berkuliah di pulau Jawa,” tuturnya.
Menurutnya, kualitas pendidikan tidak hanya tentang kurikulum yang dipelajari, tetapi juga tentang social skill, literacy skill, dan promote life long learning yang merupakan soft power, yakni kemampuan dalam diri yang tidak terlihat tapi mampu menghasilkan sesuatu yang hebat.
“Soft power ini tidak terlihat tapi sangat berdampak. Contohnya satu presiden yang bisa bernegosiasi dengan bagus dan punya tim eksekusi yang sangat baik. Maka soft powernya itu yang membuat dia bisa menciptakan sesuatu,” jelas Aie.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa culture, juga masuk ke dalam soft power. Hal itu ditekankan untuk bisa menjalin diplomasi dan negosiasi baik dengan negara luar yang memiliki latar belakang yang berbeda.
“Untuk bisa menghadirkan yang namanya foreign policy dan education, karena dari culture kita bisa tahu posisi pendidikan itu dimana, berbagai macam culture dari lima negara ini berbeda-beda peruntukan pendidikannya,” imbuhnya.
Andi Nurul Istiqamah Bate